Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober 25, 2009

Wasiat Ketua Umum SH Terate Pada Malam Temu Kadang Dalam Acara Rakernas SH Terate 2009

Assalamualaikum wr wb. Saudara Ketua Cabang SH Terate dari seluruh pelosok tanah air dan saudara-saudaraku Keluarga Besar SH Terate yang saya cintai. Salah satu tujuan SH Terate adalah membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi. Persaudaraan yang diyakini dan dianut oleh SH Terate adalah, persaudaraan utuh yang dadasari rasa saling saying menyayangi, hormat menghotmati dan bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak memandang siapa aku dan siapa kamu, tidak dilandasi hegomoni keduniawian, seperti drajat, pangkat, martabat, persaudaraan yang tidak dibatasi suku, ras, agama dan antargolongan. Yang diyakini SH Terate satu, semua manusia yang ada di muka bumi ini pada dasarnya sama. Di mata Allah, yang dinilai adalah kadar ketakwaannya. Persaudaraan ini utuh kalau kita ini tidak merasa, aku sing paling kuat, aku sing paling pinter aku sing paling ngerti.Kita dididik penuh kesederhana. Apa yang kit

Alhamdulillah Allah Sembuhkan Sroke Saya Dengan Ilmu SH

Gambar
Ini fakta. Bukan cuma life story. Sembilan hari jatuh stroke, nyaris tak bisa beraktivitas apa pun, bisa sembuh dan sehat seperti sedia kala. Jelas, pengalaman nyata ini seribu satu. Dan salah satu warga yang menerima barokah itu adalah Hadi Sumoerjo. Tokoh SH Terate yang kini masih aktif memegang posisi sebagai Bendahara SH Terate DKP Madiun. “Kalau Allah tidak menolong saya, barangkali sampai saat ini saya hanya bisa duduk di kursi roda,” ujar Hadi Soemarjo, mengawali penggalan kisah hidupnya. Betapa tidak, sembilan hari jatuh sakit dan dinyatakan stroke, warga SH Terate pengesahan tahun 1982 itu, kembali segar bugar. Peristiwa menggetarkan itu, terjadi tahun 2004. Barangkali lantaran kecapean, hari itu, mendadak ia jatuh sakit. Semua persendian di raganya ngilu dan tak bisa digerakkan. Dokter menyatakan, Mas Marjo, demikian panggilan akrabnya, stroke. Keluarga pun was-was. Mas Marjo apalagi. Bahkan, sembilan hari stroke bagai ular raksasa melilit semua persendiannya. Lumpuh dia. “