Postingan

Menampilkan postingan dari Juli 30, 2023

Renungan Suro : Jadilah Guru Sejati

Guru sejati bukanlah orang yang engkau dengar (ceramah-ceramah) sebatas dari lisannya.Tetapi, dia adalah orang tempatmu mengambil hikmah dan akhlaq. Bukanlah guru sejati , seseorang yang hanya membimbingmu dengan retorika. Tetapi, orang yang disebut guru sejati bagimu adalah orang yang isyarat-isyaratnya mampu menyusup dalam sanubarimu. Dia bukan hanya seorang yang mengajakmu sampai kepintu. Tetapi, yang disebut guru bagimu itu adalah orang yang (bisa) menyingkap hijab (penutup) antara dirimu dan diri-Nya. Bukanlah gurumu, orang yang ucapan-ucapannya membimbingmu. Tetapi, yang disebut guru bagimu adalah orang yang aura kearifannya dapat membuat jiwamu bangkit dan bersemangat. Dia adalah orang yang bisa membuatmu keluar dari penjara hawa nafsu, dan mengajakmu masuk ke dalam naungan Allah. Guru sejati bagimu adalah orang yang senantiasa membuat cermin hatimu jernih, sehingga cahaya Tuhanmu dapat bersinar terang di dalam hatimu. Paparan di atas adalah hakikat guru menurut Al-Imam Ibnu A

Soetomo Mangkoedjojo Penyelamat SH Terate

Perkembangan Persaudaraan SH Terate tidak lepas dari jasa Kang Mas Soetomo Mangkoedjojo. Beliau merupakan salah seorang tokoh perintis organisasi pencak silat terbesar dalam negeri ini. Pria kelahiran Madiun ini juga tercatat sebagai tokoh yang membidani perubahan SH Terate dari “paguron” ke “persaudaraan” (baca: organisassi) dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate. Tak kalah pentingnya beliau juga tercatat sebagai “penyelamat” SH Terate ketika organisasi ini mengalami kemuraman di era tahun 60-an. Catatan karya menumental yang beliau kerjakan sepanjang mengabdi di SH Terate, tak terbilang banyaknya. Dalam Buku “Sejarah SH Terate dan Persaudaraan Sejati” yang sempat penulis tulis dan diterbitkan Yayasan SH Terate, beberapa tahun silam, jasa Mas Soetomo Mangkoedjojo cukup mewarnai periode perintisan SH Terate. Sebut misalnya, atas izin Pak Hardjo Oetomo, pada bulan Juli 1948, digelar konferensi (musyawarah antar warga SH Terate) di kediaman beliau di Pilangbango, Madiun. Sejumlah

Jadikan Cemburu Sebagai Rasa Adiluhung

Gambar
Perasaan cemburu, bisa dijadikan motor penggerak semangat bersaing. Dalam konteks hakikat, perasaan cemburu, jika kita mampu menformat dengan bingkai aura positif, justru akan melahirkan karya adiluhung. Syaratnya, baik penyulut maupun format keluaran perasaan itu bernilai positif. Manusia pada dasarnya memiliki sifat pencemburu. Sebab, di dalam jiwanya, Allah telah memasukkan dua dari empat unsur nafsu. Yakni, amarah dan aluwamah. Rasa cemburu, muncul atas dorongan dari kedua nafsu ini. Perpaduan antara nafsu ingin berkuasa dan ketakutan jika sesuatu yang telah dikuasainya itu hilang dari genggaman tangan. Dampaknya, menyulut timbulnya emosi, dengki, iri, dan kemauan detruktif untuk menyingkirkan orang-orang yang telah menghancurkan impiannya. Namun di balik itu semua, rasa cemburu sesungguhnya indah, sekaligus juga melankolis. Rasa cemburu jadi indah jika kita bisa menguasai rasa itu sendiri. Sebaliknya, akan menyakitkan apabila perasaan itu justru mengendalikan dan menguasai jiw

SH Terate Harus Bentuk Tiga Pilar

Gambar
(Wawancara Khusus Dengan Mas Madji Bagian 6 dari 7 Tulisan) Di SH Terate, setelah saya sadar, harus dibentuk tiga kelompok pilar pendidik. Satu kelompok dewan, itu yang mengurusi misi organisasi. Jadi yen wani dadi dewan (kalau berani jadi dewan) kudu wani ndadekake wong ( harus sanggup menjadikan orang) SH Terate, yang tidak ngerti menjadi ngerti. Jangan dicampur aduk tidak karuan. Tapi aturan mainya harus jelas. Pilar ini dipandegani kadang yang memang sudah matang keilmuannya. Bukan hanya tua usianya. Akeh wong wis tuwek, ning bukan sepuh tapi sepah. (Banyak orang yang sudah tua tapi mereka bukan orang sepuh _____seorang yang sudah matang keilmuannya____berilmu tapi sepah, tidak menguasai keilmuan). (Terkait dengan konsepnya ini, Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, pernah membentuk semacam Dewan Kasepuhan yang diberi nama Nawa Pandhita. Lembaga ini beranggotakan sembilan orang warga, semuanya Tingkat II dan Tingkat III, yang dinilai sudah matang keilmuannya.

Saya Nangis Kalau SH Terate Pecah

(Wawancara Khusus Dengan Mas Madji Bagian 5 dari 7 Tulisan) Saya nangis nek SH Terate ngrepek jabatan . Saya nangis nek SH Terate tukaran, apalagi sampai pecah belah.Pengakuan itu diuangkap Kag Mas KRH.H.Tarmadji Bodi Harsono Adinagoro,SE, saat wawancara khusus dengan penulis di akhir kehidupannya. Ungkapan perasaan terdalam dari jiwa Mas Madji itu, rasanya tak berlebihan. Pasalnya, di akhir-ahir kehidupannya, ada tengara mulai sering terjadi gesekan antaranggota dan warga. Penyulutnya, bukan perbedaan pendapat soal keilmuan, akan tetapi sudah masuk ke domain kepentingan pribadi. Gesekan antaranggota dan warga tersebut kian kentara jelang pemilu atau jelang pesta demokrasi lain, seperti pilpres, pilgub, pilbup, bahkan yang lebih tajam lagi terjadi saat menjelang pemilihan kepala desa di desa-desa "gudangnya" warga SH Terate. Untuk menhindari dilema tersebut, beliau meminta warga Keluarga Besar SH Terate kembali ke jati diri. Beriku uangkapan Mas Madji."Saatnya kini

SH Terate Jangan Minta Bantuan

(Wawancara Dengan Mas Madji Bagian 3 Dari 7 Tulisan) Sejak dulu kita sepakat untuk guyup rukun sesuai ajaran SH Terate. Mandiri. Tidak tergantung orang lain. Orang banyak yang mau minta bantuan. Tapi kita jangan sampai minta bantuan ke sana ke mari. Kita harus bisa berdiri, berjalan dan tegak bertahan dengan kekuatan kita sendiri. Padepokan SH Terate, misalnya, padepokan berdiri atas bantuan siapa? Saya jawab tidak pernah minta bantuan. Ini lantaran mampu untuk berdiri sendiri. Saudara saya dari cabang dengan rela mendidik masyarakat-masyarakatnya, dari mana sisa-sisa yang saudara berikan ada yang pernah dan ada yang tidak, ada yang setengah, ada yang sadar, tidak mengambil, karena mereka tahu yang itu haknya pusat. Anggaran yang digunakan dari Kadang SH Terate. Kita himpun bersama-sama. Nek wis akeh (Jika uangnya sudah terkumpul banyak) oke mari kita bangun padepokan. Kurang yo sedikit-dikit kita pikul bareng. Prinsip semua itu untuk dulur-dulur SH Terate. Ingat tangan yang di

Tirakat Wong SH Terate

(Wawancara Khusus Dengan Mas Madji, Bagian 2 dari 7 Tulisan) Kunci keberhasilan hidup itu sebenarnya hanya satu. Kalau kita dikasihi Allah SWT, hidup kita akan bahagia. Hanya manusia itu kurang bersyukur. Kita kadang-kadang hanya ngersulo (mengeluh), merasa kecewa. Dan kikir dalam berterimakasih (kufur nikmat). (Dan ingatlah ketika Tuhanmu mempermaklumkan, “Sesungguhnya jka kamu bersyukur. Nicaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adabKu sangat pedih - QS:14 – 7) . Di SH Terate tidak ada ajaran mengeluh. Tidak ada ajaran nggresulo. Kita dididik untuk menjadi orang yang pantang menyerah. Orang Terate itu kalau bisa sing gedhe tirakate , harus banyak tirakat. Dalam hal apa saja. Gak kemrungsung (tidak galau). Tidak emosional, tidak gusar, tidak adigang adigung, adiguno. Jadi hari-hari orang-orang SH Terate itu dipenuhi tirakat. Rialat dan selalu bersyukur menerima suratan Allah. Bagaimana cara orang SH Terate tirakat?

Ingin Sukses? Gerakkan 4 Jurus Kunci Ini

“Hidup-hidupilah SH Terate, jangan mencari penghidupan di SH Terate.” Moto bernilai nasihat kebijaksanaan dalam berorganisasi ini diterima langsung Kang Mas. KRH. H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro, SE , dari pelatih (guru) beliau, RM.Imam Koesoepangat. Nasihat itu tertanam dalam-dalam di lubuk hati Mas Madji, panggilan akrab H. Tarmadji, hingga akhir hayatnya. Terbukti, sepanjang hidup, beliau tidak pernah mencari penghidupan di Persaudaraan Setia Hati Terate. Perekonomian keluarganya diperoleh dari bisnis minyak dan gas bumi (migas). Dia tercatat sebagai pengusaha migas cukup sukses di wilayah Jawa Timur. Sementara, sang istri, Hj. Ruwiyatun, bekerja menjadi karyawan PT. PLN. mBak Ruwi juga berasal dari keluarga yang cukup mampu. Ayahnya tokoh masyarakat di desa setempat, pemilik lahan pertanian yang cukup luas. Kiat yang sering diungkap,“Besarkan organisasi yang engkau ikuti, maka engkau pun akan ikut jadi besar.” Dan terbukti, beliau tidak sekadar ngomong (ora waton ngomong). Nam