Ritual Pengesahan Warga Baru SH Terate
Tepat pukul 21.00, Sasana Pendadaran Padepokan SH Terate Pusat Madiun, di Jl. Merak, mendadak berubah jadi senyap. Hiruk pikuk ratusan warga berpakaian sakral, serta merta terhenti. Sungguh, satu pun tidak ada pengunjung yang berpakaian lain. Semuanya serba sakral. Pakaian hitam-hitam, bersabuk mori.
Sesaat kemudian dari pengeras suara yang dipasang, terdengar pengumuman dari pembawa acara, bahwa Ritual Pengesahan Warga Baru SH Terate 1413 H, segera dimulai.
Keheningan, menyeruak ke permukaan. Ratusan warga baru yang hendak disyahkan duduk bersila, mengitari gunungan uba rampe. Sementara, Dewan Pengecer duduk di depan. Di pusat pasewakan agung, tampak jajaran Nawa Pandito. Kemudian disampingnya pengurus pusat dan panitia pengesahan serta warga senior.
Kecuali Mas Sakti Tamat, yang berada di Jakarta, semua jajaran Nawa Pandito SH Terate hadir dalam Ritual Pengesahan Warga Baru SH Terate 1413 yang digelar di Padepokan. Mereka adalah, H. Tarmadji Boedi Harsono,SE, Drs. Moerdjoko HW, Ir. RB Wiyono, Subagyo, SE, Djunaidi,SE, Drs. HM Singgih, Drs. H.Arief Suryono dan Gunawan (Tegal).
Keheningan bertambah ritmis ketika Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, menuju mimbar untuk menyampaikan petuah disusul doa dan wasiat kepada Calon Warga Baru. Suasana, khusuk benar-benar terasa dalam selamatan ini.”Ritual pengesahan warga baru, dimulai dari selamatan hingga keceran. Jadi sepanajng acara, semalam suntuk, harus sacral. Harus khusuk,” ujar Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, H.Tarmadji Boedi Harsono,SE.
Berbeda dengan acara lain, misalnya syukuran warga baru, lanjut Mas Madji, panggilan akrab ketua umum SH Terate, tamu undangan boleh berpakaian batik atau pakaian apa saja, yang penting sopan. Tapi dalam ritual pengesahan warga baru, semua yang hadir harus perpakaian sacral. Tidak boleh tidak.
Pantauan shteratecantrik, pengunjung yang tidak berpakaian sakral, biasanya tahu diri. Mereka menyingkir ke luar ruang pengesahan. Atau menunggu di luar arena pengesahan.
Sebagai acuan cabang seantero Indonesia, SH Terate Pusat Madiun, tampaknya tidak main-main dalam menerapkan aturan ini. Terbukti, ritual pengesahan warga baru SH Terate DKP Madiun yang digelar di Padepokan selama hampir dua pekan, nyaris sempurna. Suasana sakral dan khusuk mewarnai sepanjang acara pengesahan.
Jadwal acara pengesahan itu sendiri di format cukup matang. Di mulai pukul 21.00 dengan mata acara selamatan, pembacaan doa serta wasiat Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun. Tenggang waktu yang dibutuhkan untuk upacara selamatan ini tak lebih dari satu jam.
Berikutnya, waktu digunakan untuk istirahat sambari makan bersama.Sementara, calon warga baru, diminta tetap berada di dalam ruangan. Kecuali yang ingin buang air. Itu pun waktunya dibatasi.
Rampung selamatan, panitia menyiapkan perlengkapan prosesi keceran. Sementara, sambil menunggu waktu keceran yang dimulai tepat pukul 00.00, jajaran Nawa Pandhito memberikan pengarahan dan penajaman ke-SH-an pada calon warga baru. Intinya, menjelaskan makna prosesi pengesahan.
Dengan penjelasan ini, calon warga baru yang bakal disyahkan, betul-betul memperoleh pemahaman tentang prosesi yang akan dilakukan.”Di situ saya jelaskan secara rinci arti pengesahan. Jadi calon warga baru benar-benar siap menghadapi prosesi keceran. Saya tidak segan-segan mempersilakan calon warga baru yang belum siap untuk membatalkan niatnya. Jadi yang ikut pengesahan waerga baru SH Terate benar-benar orang yang sudah paham dan siap. Bagi yang tidak siap, saya persilakan keluar ruangan,” kata Mas Madji.
Benar, tepat pukul 00.00, semua calon warga baru yang bakal disyahkan masuk ke ruang pengesahan. Prosesi keceran pun dimulai. Suasana khusuk makin terasa. Tidak semua pengunjung boleh masuk ke ruang ini. Kecuali calon warga baru, pendamping dan dewan pengecer. Jajaran Nawa Pandhito pegang kendali sepanjang prosesi keceran.
Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, cukup selektif memilih dewan pengecer. Terbukti, tidak semua warga Tingkat II ditugaskan menjadi dewan pengecer. Sekalipun, dimata warga, mereka terbilang senior.”Dewan Pengecer harus benar-benar mumpuni,” tegas Mas Madji.
Khusus pendamping calon warga baru, mereka hanya diperbolehkan mengantar siswanya ke dalam ruang dan mengabsen. Setelahnya, diminta keluar dari ruang prosesi keceran. Dus, sepanjang prosesi keceran berlangsung, hanya berada di ruangan hanya dewan pengecer dan calon warga baru.
SH Terate Cantrik sempat merinding mengamati prosesi keceran yang digelar di Padepokan SH Terate Pusat Madiun. Sebab, begitu prosesi keceran dimulai, suasana hening benar-benar tercipta. Waktu seakan berhenti.Di ruang prosesi keceran nyaris tak terdengar suara. Kecuali langkah Nawa Pandito dan helaan nafas panjang dari calon warga baru yang tengah menjalani prosesi keceran.
Dalam temaran berkas sinar lilin, lantunan doa munajat pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, seakan tampak naik membubung ke angkasa,k di sela helaan nafas panjang Dewan Pengecer dan calon warga baru.
Prosesi keceran rampung sekitar pukul 02.00. Wajah-wajah haru, serta merta menyeruak ke permukaan. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian jurus kunci dank ode. Ucapan selamat merupakan pamungbkas acara yang sangat mengharukan. Tangis haru menyeruak saat warga baru bersalaman dengan pelatih dan warga yang hadir di acara sacral itu. Selamat, semoga barokah.(elpos)
Baca pula penafsiran Mukadimah SH Terate yang kami turunkan secara bersambung di shteratecantrik.blogspot.com.Semoga bermanfaat (andi casiyem sudin)
http://shteratecantrik.blogspot.com/2024/08/tahta-sang-mutiara-hidup.html
Komentar
Posting Komentar