Penampakkan Malaikat di Kahyangan Wonogiri
(Aura Malaikat apa Jin ini? Atau error close up?)
Jangan buru-buru tuding ini berita hoak. Yang pasti, saya masuk ke Objek Wisata Kahyangan, Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri, Selasa, 8 Agustus 2013, sekitar pukul 14.10 WIB. Tujuannya hanya pengin lihat kayak apa sih Objek Wisata Kahyangan, Dlepih itu?
Matahari terik. Maklum, sakarang ini lagi di klimak kemarau. Sekalipun suasana di objek wisata ini cukup ritmis, namun kegerahan terasa. Sengatan matahari terbukti mampu menghalau hawa sejuk yang semestinya bisa saya rasakan di objek wisata ritual ini. Beruntung, suara gemericik dua mata air yang ada di lokasi setempat, mampu mengusir letih perjalanan puluhan kilo meter hingga saya bisa tida di sini.
Sebelum masuk ke dalam objek wisata, saya sempatkan untuk berdialog dengan warga disable yang berprofesi sebagai petugas parkir di Kahyangan, Dlepih. Dia mengaku bernama Sutrisno, warga kelahiran daerah setempat tahun 70-an. Sosoknya cukup menyita perhatian saya. Pasalnya, mohon maaf, sekalipun dia cacat phisik sejak lahir __ tak punya tangan dan kaki___ terbukti, semangat hidupnya memberi inspirasi pada saya. “Saya punya istri dan dua orang anak,” katanya dalam bahasa Jawa yang cukup santun. Yang sulung masih sekolah di SMP, adiknya duduk di bangku SD. Saya patut angkat jempol, lataran lelaki ini memilih hidup bermartabat ketimbang meminta-minta. Sejak 15 tahun silam, Pak Tris, demikian saya memanggil dia, berprofesi sebagai tukang parkir di lokasi Objek Wisata Kahyangan, Dlepih, Wonogiri. Sepanjang hidup saya, baru kali ini saya menemukan seorang yang memiliki semangat hidup cukup tinggi. Saya tidak perlu menuturkan berapa penghasilan rata-rata dia saban hari. Tapi yang perlu saya kedepankan adalah doa pada Allah, agar Allah tetap memberi semangat pada lelaki ini untuk tetep berjuang mempertahankan kehidupannya, dan terus memberi inspirasi semangat pada orang-orang yang sempat menemuainya. Termasuk di dalamnya saya pribadi.
Lepas berdialog dengan Pak Tris, si tukang parkir disabel tapi berjiwa perkasa, suasana ritmis Kahyangan Dlepih langsung tersaji di depan mata. Susana di dalam memang agak sepi. Sebab, menurut penuturan warga setempat, Objek Wisata Kahyangan, Dlepih justru rame jika malam hari. Saya hanya menemukan sekitar enam sampai tujuh orang yang bertandang ke sini. Lima orang wisatawan lokal dari Ungaran, Semarang, dan satu dua orang warga setempat. Ada lagi satu orang, yang terkesan punya aura spirutual cukup lumayan. Dia mengaku berasal dari Punung, Pacitan. Saya tidak bawa kamera khusus. Hanya bawa hand phone. Itupun mereknya MITO, dan sudah agak jadul. Begitu tiba di gerbang sepasang Mahkota, HP langsung saya ambil dari dalam tas untuk mengabadikan momen spesial Kahyangan. Terlebih saya baru pertama kali masuk ke objek wisata yang kabarnya merupakan tempat bertapa Danang Sutawijaya, alias Panembahan Senopati, Mataharm Hadiningrat.
Puas mengabadikan objek Kahyangan, Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri, saya langsung pulang. Karena, itu tadi, tidak ada niatan untuk bertapa. Hanya pengin ngeliat aja. Jadinya, saya pun pilih langsung pulang. Sampai di rumah, yang langsungsaya buru adalah hasil jepretan di Kahyangan. Pasalnya, sejauh saya berada di objek wisata tersebut, belum sempat mengecek hasil photo. Ya, sekalipun saya bukan seorang photografi, setidaknya saya bisa pilih gambar utuk koleksi sendiri, untuk dinikmai sendiri.
Aura Apa Ini? : Penampakan Malaikat apa Jin di Objek Wisata Kahyangan, Dlepih, Wonogiri?
Tapi begitu saya masuk ke menu foto dan melihat tampilan belasan hasil jepretan di Kahyangan, Dlepih, jatung saya berdetak keras. Pasalnya ada satu photo yang terlihat aneh. Saya error? Boleh jadi. Dan anggap saja saya error saat mengambil gambar. Tapi saya masih ingat, gambar itu adalah jepretan saya saat di Selo Payung, tepatnya ketika ingin mengambil gambar tempat padupan (tempat membakar kemenyan) sekligus mengambil nama juru kunci Objek Wisata Kahyangan, Dlepih, Wonogiri. Gambar apa ini? Penampakkan? Kalau penampakkan Malaikat apa Jin? Jika penampakkan, kenapa terjadi di siang hari? Sekitar pukul 14.15 WIB. Mohon pembaca amati gambar ini dan tolong beri informasi pada saya, gambar apa ini? Yang jelas, sementara ini saya tidak ingin berspekulasi kelewat jauh. Saya anggap gambar ini hasil dari jepretan saya yang error.
Lokasi Bertapa Danang Sutawijaya
Dari beberapa referensi di sejumlah konten yang saya buka, Objek Wisata Kahyangan berlokasi di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyoyo. Objek wisata ini berada di ujung tenggara Wonogiri dan berjarak kurang lebih 40 km dari pusat pemerintah Kabupaten Wonogiri.
Pustakajc.co, menulis, Danang Sutawijaya awalnya bertapa di Selo Bethek. Tetapi kemudian pindah ke Selo Payung. Di lokasi ini, konon, dia bertemu dengan Nyi Widononggo yang merupakan suruhan Nyi Roro Kidul.
Pada pertemuan itu, Nyi Widononggo melakukan bisikan gaib kepada Danang Sutawijaya untuk melakukan mandi di Kedung Pasiraman. Pada saat itulah, dirinya bertemu dengan Nyi Roro Kidul, penguasa pantai selatan. Karena itulah Kahyangan Dlepih Wonogiri masih melekat menjadi tempat bersemedi bagi masyarakat setempat. Hingga saat ini, petilasan di Kahyangan masih difungsikan sebagai tempat menggelar ritual semedi.
Andriyanto dalam jurnal berjudul Petilasan Kahyangan, Memory, Sejarah dan Wisata di Pinggiran Wonogiri (2021) menyebut Kahyangan berada di daerah batas timur Sungai Keduwang yang merupakan kawasan berbatasan dengan mancanegara. Andriyanto menyebut tempat-tempat di Kahyangan Dlepih yang dianggap sebagai tempat ritual antara lain, Selo Betek, Selo Gapit/Penangkep, Selo Payung, Selo Gilang/Pesalatan, Selo Gawok, dan Pemandian Kahyangan (kedung= pertemuan dua arus sungai).
Tempat-tempat tersebut dipercaya memiliki makna atau kekuatan magis tersendiri. Selo Payung dipercaya memiliki kekuatan magis paling besar dan pada titik ini biasanya dijaga oleh juru kunci. Itu cerita yang saya kutip dari sejumlah konten. Saya pribadi, lebih tertarik pada tulisan yang tertera di Selo Payung, tepatnya di bawah info soal nomor HP juru kunci. Bunyi tulisan itu begini : HIDUP TANPA USAHA ITU BOHONG. USAHA TANPA DOA ITU SOMBONG.
Pak Tris kamu Hebat: Meski disabel, terbukti Pak Tris berani berjuang untuk tetap hidup bermartabat. Saya angkat jempol untuk penjenengan. Dan satu lagi yang tidak akan saya lupa, yakni semangat Pak Tris, si Juru Parkir disabel yang luar biasa hebatnya, untuk tetap berjuang hidup bermartabat dan MERDEKA!(acs)
Jangan buru-buru tuding ini berita hoak. Yang pasti, saya masuk ke Objek Wisata Kahyangan, Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri, Selasa, 8 Agustus 2013, sekitar pukul 14.10 WIB. Tujuannya hanya pengin lihat kayak apa sih Objek Wisata Kahyangan, Dlepih itu?
Matahari terik. Maklum, sakarang ini lagi di klimak kemarau. Sekalipun suasana di objek wisata ini cukup ritmis, namun kegerahan terasa. Sengatan matahari terbukti mampu menghalau hawa sejuk yang semestinya bisa saya rasakan di objek wisata ritual ini. Beruntung, suara gemericik dua mata air yang ada di lokasi setempat, mampu mengusir letih perjalanan puluhan kilo meter hingga saya bisa tida di sini.
Sebelum masuk ke dalam objek wisata, saya sempatkan untuk berdialog dengan warga disable yang berprofesi sebagai petugas parkir di Kahyangan, Dlepih. Dia mengaku bernama Sutrisno, warga kelahiran daerah setempat tahun 70-an. Sosoknya cukup menyita perhatian saya. Pasalnya, mohon maaf, sekalipun dia cacat phisik sejak lahir __ tak punya tangan dan kaki___ terbukti, semangat hidupnya memberi inspirasi pada saya. “Saya punya istri dan dua orang anak,” katanya dalam bahasa Jawa yang cukup santun. Yang sulung masih sekolah di SMP, adiknya duduk di bangku SD. Saya patut angkat jempol, lataran lelaki ini memilih hidup bermartabat ketimbang meminta-minta. Sejak 15 tahun silam, Pak Tris, demikian saya memanggil dia, berprofesi sebagai tukang parkir di lokasi Objek Wisata Kahyangan, Dlepih, Wonogiri. Sepanjang hidup saya, baru kali ini saya menemukan seorang yang memiliki semangat hidup cukup tinggi. Saya tidak perlu menuturkan berapa penghasilan rata-rata dia saban hari. Tapi yang perlu saya kedepankan adalah doa pada Allah, agar Allah tetap memberi semangat pada lelaki ini untuk tetep berjuang mempertahankan kehidupannya, dan terus memberi inspirasi semangat pada orang-orang yang sempat menemuainya. Termasuk di dalamnya saya pribadi.
Lepas berdialog dengan Pak Tris, si tukang parkir disabel tapi berjiwa perkasa, suasana ritmis Kahyangan Dlepih langsung tersaji di depan mata. Susana di dalam memang agak sepi. Sebab, menurut penuturan warga setempat, Objek Wisata Kahyangan, Dlepih justru rame jika malam hari. Saya hanya menemukan sekitar enam sampai tujuh orang yang bertandang ke sini. Lima orang wisatawan lokal dari Ungaran, Semarang, dan satu dua orang warga setempat. Ada lagi satu orang, yang terkesan punya aura spirutual cukup lumayan. Dia mengaku berasal dari Punung, Pacitan. Saya tidak bawa kamera khusus. Hanya bawa hand phone. Itupun mereknya MITO, dan sudah agak jadul. Begitu tiba di gerbang sepasang Mahkota, HP langsung saya ambil dari dalam tas untuk mengabadikan momen spesial Kahyangan. Terlebih saya baru pertama kali masuk ke objek wisata yang kabarnya merupakan tempat bertapa Danang Sutawijaya, alias Panembahan Senopati, Mataharm Hadiningrat.
Puas mengabadikan objek Kahyangan, Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri, saya langsung pulang. Karena, itu tadi, tidak ada niatan untuk bertapa. Hanya pengin ngeliat aja. Jadinya, saya pun pilih langsung pulang. Sampai di rumah, yang langsungsaya buru adalah hasil jepretan di Kahyangan. Pasalnya, sejauh saya berada di objek wisata tersebut, belum sempat mengecek hasil photo. Ya, sekalipun saya bukan seorang photografi, setidaknya saya bisa pilih gambar utuk koleksi sendiri, untuk dinikmai sendiri.
Aura Apa Ini? : Penampakan Malaikat apa Jin di Objek Wisata Kahyangan, Dlepih, Wonogiri?
Tapi begitu saya masuk ke menu foto dan melihat tampilan belasan hasil jepretan di Kahyangan, Dlepih, jatung saya berdetak keras. Pasalnya ada satu photo yang terlihat aneh. Saya error? Boleh jadi. Dan anggap saja saya error saat mengambil gambar. Tapi saya masih ingat, gambar itu adalah jepretan saya saat di Selo Payung, tepatnya ketika ingin mengambil gambar tempat padupan (tempat membakar kemenyan) sekligus mengambil nama juru kunci Objek Wisata Kahyangan, Dlepih, Wonogiri. Gambar apa ini? Penampakkan? Kalau penampakkan Malaikat apa Jin? Jika penampakkan, kenapa terjadi di siang hari? Sekitar pukul 14.15 WIB. Mohon pembaca amati gambar ini dan tolong beri informasi pada saya, gambar apa ini? Yang jelas, sementara ini saya tidak ingin berspekulasi kelewat jauh. Saya anggap gambar ini hasil dari jepretan saya yang error.
Lokasi Bertapa Danang Sutawijaya
Dari beberapa referensi di sejumlah konten yang saya buka, Objek Wisata Kahyangan berlokasi di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyoyo. Objek wisata ini berada di ujung tenggara Wonogiri dan berjarak kurang lebih 40 km dari pusat pemerintah Kabupaten Wonogiri.
Pustakajc.co, menulis, Danang Sutawijaya awalnya bertapa di Selo Bethek. Tetapi kemudian pindah ke Selo Payung. Di lokasi ini, konon, dia bertemu dengan Nyi Widononggo yang merupakan suruhan Nyi Roro Kidul.
Pada pertemuan itu, Nyi Widononggo melakukan bisikan gaib kepada Danang Sutawijaya untuk melakukan mandi di Kedung Pasiraman. Pada saat itulah, dirinya bertemu dengan Nyi Roro Kidul, penguasa pantai selatan. Karena itulah Kahyangan Dlepih Wonogiri masih melekat menjadi tempat bersemedi bagi masyarakat setempat. Hingga saat ini, petilasan di Kahyangan masih difungsikan sebagai tempat menggelar ritual semedi.
Andriyanto dalam jurnal berjudul Petilasan Kahyangan, Memory, Sejarah dan Wisata di Pinggiran Wonogiri (2021) menyebut Kahyangan berada di daerah batas timur Sungai Keduwang yang merupakan kawasan berbatasan dengan mancanegara. Andriyanto menyebut tempat-tempat di Kahyangan Dlepih yang dianggap sebagai tempat ritual antara lain, Selo Betek, Selo Gapit/Penangkep, Selo Payung, Selo Gilang/Pesalatan, Selo Gawok, dan Pemandian Kahyangan (kedung= pertemuan dua arus sungai).
Tempat-tempat tersebut dipercaya memiliki makna atau kekuatan magis tersendiri. Selo Payung dipercaya memiliki kekuatan magis paling besar dan pada titik ini biasanya dijaga oleh juru kunci. Itu cerita yang saya kutip dari sejumlah konten. Saya pribadi, lebih tertarik pada tulisan yang tertera di Selo Payung, tepatnya di bawah info soal nomor HP juru kunci. Bunyi tulisan itu begini : HIDUP TANPA USAHA ITU BOHONG. USAHA TANPA DOA ITU SOMBONG.
Pak Tris kamu Hebat: Meski disabel, terbukti Pak Tris berani berjuang untuk tetap hidup bermartabat. Saya angkat jempol untuk penjenengan. Dan satu lagi yang tidak akan saya lupa, yakni semangat Pak Tris, si Juru Parkir disabel yang luar biasa hebatnya, untuk tetap berjuang hidup bermartabat dan MERDEKA!(acs)
Komentar
Posting Komentar