Arti Mukadimah SH Terate

Kebahagiaan Abadi Terlepas Rangka dan Suasana

(Tafsir Mukadimah SH Terate- Bag 1)

Pengantar

Dalam menelaah Mukadimah AD/ART Persaudaraan Setia Hati Terate (selanjutnya hanya ditulis Mukadimah SH Terate), penulis mencoba melakukannya dengan beberapa model pendekatan. Pertama pendekatan sosiolinguistik, yakni pendekatan perwujudan struktur atau elemen bahasa dengan faktor-faktor sosiokultural yang menjadi objek kalimat. Kedua, pendekatan tematik langsung dari narasumber terpercaya, dalam hal ini Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, penghayat sekaligus pelaku “ngelmu” Setia Hati, dan sumber terpercaya lainnya. Sebut misalnya, Ir. RB Wijono. Beliau sekarang menjabat sebagai Ketua Majelis Ajar Persaudaraan SH Terate (Jakarta). Pendekatan ketiga adalah mendekatan melalui jalur referensi emanent, dengan referensi firman dalam Kitab Suci, sebagai dasar kajian __ yang penulis yakini___ memiliki akurasi kebenaran tak terbantahkan. Keempat, pendekatan melalui jalur referensi Sunah Rasul, berupa hadits -hadits sokhih.

Model pendekatan ketiga dan keempat ini, dalam dunia tasawuf sering kali disebut sebagai pendekatan "bayani". Epistemolgi bayani adalah system pengetahuan yang bertitik tolak dari nas sebagai sumber pengetahuan dasar. Penulis mengambil pendekatan bayani karena penulis yakin, yang mengerti dan memahami sepenuhnya arti Mukadimah SH Terate adalah pencipta dan penulis mukadimah itu sendiri --- yang harus diakui hingga sekarang belum ada yang berani menyebut siapa nama pencipta dan penulis Mukadimah SH Terate.

Alasan lain, prinsip yang melandasi pemikiran bayani adalah prinsip serba mungkin tapi penuh keniscayaan, perpaduan antara qauliyah dan qauniyah, sekalipun terkait pendekatan ini peran kausalitas acapkali terabaikan. Pegangan penulis, dalam dunia tasawuf ada sebuah keyakinan sebab tidak serta merta melahirkan akibat, akan tetapi akibat itu terjadi secara bersamaan dengan sebab. Kenapa begitu, karena sesungguhnya akibat itu merupakan perbuatan Allah, dan merupakan ketentuan Allah. "Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadaNya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. QS:36-82".

Agar kajian Mukadimah SH Terate ini bisa diterima dengan mudah dan jelas, penulis membubuhkan nomerik (angka) pada penggalan masing masing kalimat yang dikaji. Sekali lagi, pemunculan nomerik pada tiap tiap penggalan kalimat ini, semata-mata hanya sebuah laku ikhtiyar untuk mencapai pemahaman. Karena pada teks aslinya, nomor-nomor tersebut, sesungguhnya, tidak ada. Betapapun kecilnya, nilai-nilai subjektivitas dipastikan mewarnai sebuah kajian. Sejatinya, hal demikian itu terjadi karena keterbatasan diri penulis sendiri. Di samping minimnya referensi yang bisa dijadikan pembanding. Selain mohon maaf, penulis tetap berharap, yang sedikit ini bisa bermanfaat. Laiknya sebuah tananam, kajian ini jadilah benih yang tertabur di lahan pengharapan dan bhakti penulis pada Kakak, Bapak, sekaligus Guru spiritual tercinta, Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE. Semoga Allah, menempatkannya di surga tertinggi. Amin.(andi casiyem sudin)

____________

(Teks Asli)

Mukadimah SH Terate

Bahwa sesungguhnya hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan, demikianpun kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan yang terutama, hendak menuju keabadian kembali kepada Causa Prima, titik tolak segala sesuatu yang ada, melalui tingkat ke tingkat. Namun tidak setiap insan menyadari bahwa apa yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap di lubuk hati nuraninya.

SETIA HATI sadar meyakini akan hakiki hayati itu dan akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana "SANG MUTIARA HIDUP" bertahta.

Pencak Silat, salah satu ajaran SETIA HATI dalam tingkat pertama berintikan seni olah raga yang mengandung unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, kebahagiaan dan kebenaran terhadap setiap penyerang.

Dalam pada itu SETIA HATI sadar dan yakin bahwa sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan dari kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah insan, makhluk atau kekuatan yang diluar dirinya. Oleh karena itu Pencak Silat hanyalah suatu syarat untuk mempertebal kepercayaan kepada diri sendiri dan mengenal diri pribadi.

Maka SETIA HATI pada hakekatnya tanpa mengingkari segala martabat-martabat keduniawian, tidak kandas/tenggelam pada ajaran Pencak Silat sebagai pendidikan ketubuhan saja, melainkan lebih menyelami ke dalam lambang pendidikan*) kejiwaan untuk memiliki sejauh-jauh kepuasan hidup abadi lepas dari pengaruh rangka dan suasana.

Sekedar syarat bentuk lahir, disusunlah Organisasi dalam rangka "Persaudaraan Setia Hati Terate", sebagai ikatan antara saudara "SETIA HATI" dan lembaga yang bergawai sebagai pembawa dan pemancar cita.

*) pada edisi lain tertulis lembaga pendidikan

_______________

(Teks Dengan Nomerik Untuk Mempermudah dan Memperjelas Maksud Kajian – Baca: Pengantar)

Mukadimah SH Terate

(1) Bahwa sesungguhnya hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan,(2) demikianpun kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan (3) yang terutama hendak menuju keabadian kembali kepada Causa Prima, titik tolak segala sesuatu yang ada, melalui tingkat ke tingkat . (4) Namun tidak setiap insan menyadari bahwa apa yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap di lubuk hati nuraninya.

(5) SETIA HATI sadar meyakini akan hakiki hayati itu dan akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana "SANG MUTIARA HIDUP" bertahta.

(6) Pencak Silat, salah satu ajaran SETIA HATI dalam tingkat pertama berintikan seni olah raga yang mengandung unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, kebahagiaan dan kebenaran terhadap setiap penyerang.

(7) Dalam pada itu SETIA HATI sadar dan yakin bahwa sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan dari kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah insan, makhluk atau kekuatan yang diluar dirinya.(8) Oleh karena itu Pencak Silat hanyalah suatu syarat untuk mempertebal kepercayaan kepada diri sendiri dan mengenal diri pribadi.

(9) Maka SETIA HATI pada hakekatnya tanpa mengingkari segala martabat-martabat keduniawian , tidak kandas/tenggelam pada ajaran Pencak Silat sebagai pendidikan ketubuhan saja,(10) melainkan lebih menyelami ke dalam lambang pendidikan*) kejiwaan untuk memiliki sejauh-jauh kepuasan hidup abadi lepas dari pengaruh rangka dan suasana.

(11) Sekedar syarat bentuk lahir , disusunlah Organisasi dalam rangka "Persaudaraan Setia Hati Terate" sebagai ikatan antara saudara "SETIA HATI" dan lembaga yang bergawai sebagai pembawa dan pemancar cita.

_______________

*) pada edisi lain tertulis lembaga pendidikan

Hakikat Hidup

(1) Alinea pertama kalimat pertama Mukadimah SH Terate berbunyi: (1)“Bahwa sesungguhnya hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan,”

Melihat subjek kalimat tersebut, yakni “hakekat hidup” (hakikat hidup - EYD), sepakatlah, bahwa bab yang tengah kami coba telaah ini merupakan terminologi tasawuf, sebuah disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritual kehidupan moralitas bersumber dari nilai-nilai reliji.

Hakikat dalam terminologi tasawuf adalah tahapan tatkala seorang pejalan mencapai rahasia kebenaran. Hakikat asal katanya haqq (bhs :Arab), secara harfiah memiliki arti benar, asli, otentik, nyata. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) nomina (kata benda) hakikat bisa diartikan intisari atau dasar, contoh dia yang menanamkan hakikat ajaran kerokhanian ke dalam hatiku. Arti lainnya kenyataan yang sebenarnya (sesungguhnya), contohnya pada kata hakikatnya mereka orang baik-baik.

Secara terminologi, hakikat dapat diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dari segala amal, intisari syariat dan akhir perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi. Hakikat yang disebut sebagai kebenaran adalah makna terdalam dari praktik dan petunjuk yang ada pada syariat dan tarikat. Terminologi adalah suatu ilmu tentang istiah dan penggunaannya. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang digunakan dalam konteks tertentu. Kajian terminologi antara lain mencakup pembentukan serta kaitannya istilah dengan suatu budaya.

Dari pengertian itu, kata hakikat hidup yang dijadikan subjek kalimat “Bahwa sesungguhnya hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramaya masing-masing menuju kesempurnaan,” mengandung beberapa penekanan yang hendak dicapai. Pertama, hakikat hidup, intisari hidup, atau bisa diartikan kenyataan hidup, sesungguhnya akan berkembang, berproses menuju kesempurnaan, atau berproses menjadi sempurna. Kedua, untuk menjadi sempurna hidup itu sendiri harus melalui proses, tidak terjadi secara spontanitas. Ketiga model perkembangannya pun tidak berjalan semau sendiri, tetapi ada sistem yang menggerakkan. Keempat, sistem yang dimaksud adalah jalan yang haq (sesuai kodrat) dan sesuai dengan kapasitas kualitas dan kuantitas masing-masing (iramanya masing-masing). Sesuai dengan suratan takdirnya, sesuai dengan ketetapan Allah, Tuhan Yang Mahaesa (sunatullah). Muara akhir yang dijadikan fokus arsenal adalah “kesempurnaan”.

Awal proses itu sendiri dimulai dari penciptaan. Semua makhluk , baik makhluk hidup maupun benda mati, yang ada di bumi dan di langit, diciptakan melalui proses. Bumi, sebagai misal, sebelum berwujud sebagai hamparan yang bisa dihuni makhluk hidup, harus menjalani proses dalam waktu yang relatif lama. Ahli astronomi bahkan memprediksi proses penciptaan bumi ini berlangsung miliaran tahun.

Hasil penelusuran penulis dari beberapa konten, prediksi penciptaan alam semesta yang belakangan ini cukup viral dan banyak diperbincangkan ahli astronomi, adalah teori ‘Big Bang’ (ledakan dahsyat). Di temukan oleh Georges Lemaitre, seorang Pastor Katolik Roma dan kimiawan, pada tahun 1927.Teori ini mengatakan bahwa alam semesta ini muasalnya berupa titik tunggal materi sangat kecil yang disebut sebagai atom purba. Materi itu mengembang dengan kecepatan tak terduga kemudian meledak, banyak material terlempar serta tersebar ke segenap penjuru mata angin. Proses tersebut diperkirakan memakan waktu 13,8 miliar tahun.

Sesungguhnya, jauh sebelum penemuan teori Big Bang oleh Lemaitre, Kitab Suci Al-Quran telah menjelaskan proses penciptaan alam semesta. Setidaknya ada belasan ayat yang berbicara tentang proses penciptaan semesta.

“Dia (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dan yang ada di dalamnya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Dialah Yang Maha Pengasih, maka tanyakanlah (tentang Allah kepada orang yang lebih mengetahui (Muhammad).(QS: Al Furqan (25)-59).

" Katakanlah, “Pantaskah kalian inkar kepada Tuhan yang mencipatakan bumi dalam dua masa dan kalian adakan sekutu-sekutu baginya? Itulah Tuhan semesta alam (9).”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan dia menentukan kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat hari, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang memerlukannya (10).Kemudian Dia menuju ke langit, dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menurut perintahkan Ku dengan patuh atau terpaksa. “ Keduanya menjawab,” Kami datang dengan patuh”(11). Maka diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat dengan bumi Kami hiasi dengan bintang-bintang dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (12).(QS : Fushilat (54) – 9,10,11,12).

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu berpadu, lalu Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup di air. Maka mengapa mereka tidak beriman?"( QS: Al-Anbiya (21) – 30).

Demikian juga proses penciptaan manusia, sebagai objek dari Mukadimah. “ Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa),lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu mengerti. (QS: Al Ghaafir (40) – 67)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (13).Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah Pencipta Yang Paling Baik.(QS: Al-Mu’minum (23): 12-14)

“Sesungguhnya tiap-tiap kamu dibentuk dalam perut ibunya 40 hari berbentuk nutfah (tetesan air), kemudian menjadi alaqah (segumpal darah) selama 40 hari, kemudian menjadi mudhghah segumpal daging) selama 40 hari, kemudian dikirimkan kepadanya malaikat meniupkan ruh.,”(Hadits) .

Format yang menjadi domain predikat dalam kalimat tersebut adalah” kodrat dan iramanya”. Kata kodrat mengampu pada sesuatu yang haq dan mutlak, tak terganggu gugat, yaitu ketetapan Allah, Tuhan Yang Mahaesa. Sedangkan kata “nya” yang dijadikan akhiran dari kata irama, bernilai ambigu. Bisa diartikan irama dari objek kodrat, dalam hal ini manusia, maupun “nya” yang merujuk pada subjek kata, yaitu pembuat irama, dalam hal ini Allah Tuhan Sang Pencipta (Kholik). Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), kata “nya” dengan pengertian kedua itu ditulis dengan huruf besar “irama-Nya.”

Namun demikian, kedua pemahaman tersebut bisa diterima sebagai dasar telaah. Sebab, yang menjadi objek adalah irama kehidupan manusia, “demikianpun kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan (2)”. Karena “jalan hidup” manusia, pada hakikatnya, terbentang atas dua pilihan. Pilihan pertama, sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia itu sendiri. Allah dalam (QS: Al-Kahfi (18) – 29) berfirman :( Dan katakanlah (Muhammad): “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, barang siapa menghendaki (beriman) hendaknya dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir), biarlah dia kafir.” Nilai tawar ini diberikan dengan konsekuensi pertanggungjawaban, atas pilihan manusia itu sendiri, mau kafir atau mau beriman, sebagaimana tertuang dalam kelanjutan ayat tersebut : “Kami telah menyediakan neraka bagi orang yang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum) mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk, dan tempat istirahat yang paling jelek.”

Sedangkan pilihan kedua, adalah yakin dan menyerahkan diri sepenuhnya pada kodrattullah (ketetapan Allah). (Dan tidaklah engkau (Muhammad) dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat AlQuran, serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan melainkan kami menjadi saksi atasmu ketika melakukan.Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar Zarrah di bumi ataupun di langit, tidak ada yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih besar dari itu, melainkan semua tercatat dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).(QS :Yunus (10) -61)

Kang Mas Soetomo Mangkoedjojo dan Kang Mas Darsono, kedua tokoh ini merupakan pemrakarsa perobahan sistem di SH Terate dari paguron menjadi organisasi, menjelaskan bahwa sesunguhnya hakekat hidup itu berkembang menuju kesempurnaan; (yaitu) tumbuh berkembang, binasa, lahir, hidup, mati. Beliau mengambil istilah sebagai“mulih marang mulaniro” atau “bali marang Sangkan Paraning Dumadi” dengan sempurna. Karena apa, menurut beliau “Sangkan Paraning Dumadi atau Causa Prima adalah sebab yang pertama.” Causa Prima (bhs: Latin). Causa artinya penyebab atau faktor dari sesuatu. Prima artinya pertama atau utama.

Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedia Harsono Adinagoro,SE, terkait dengan kalimat “Bahwa sesungguhnya hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan,” lebih menekankan pada sisi tematik, terutama pada makna kalimat “menurut kodrat iramanya masing-masing.” Menurut beliau, hakekat hidup manusia, diyakini “wus tinulis” dan akan selalu berkembang sesuai dengan kodrat dan irama-Nya. Tidak akan pernah keluar dari rel yang telah digariskan. (Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar Zarrah di bumi ataupun di langit, tidak ada yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih besar dari itu, melainkan semua tercatat dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).(QS :Yunus (10) -61)

Lantaran Allah mengerti kapasitas hambanya, terutama manusia yang dicipta sebagai makhluk paling sempurna tapi juga paling ngeyel alias pembangkang, nilai tawar pun tetap dibuka selebar-lebarnya. “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, barang siapa menghendaki (beriman) hendaknya dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir), biarlah dia kafir.” Bahkan sampai pada urusan nasib , Allah tetap memberi peluang untuk berkreativitas melakukan perobahan.” Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri).(QS :Ar-Rad (13) - 11)

Jika berdasar pada pemahaman pada konteks kalimat (1) dalam Mukadimah SH Terate, domain perkembangan tersebut mengarah pada domain individu, domain personal. Yaitu, eksistensi diri, bukan koeksistensi. Kesadaraan ini lahir dari sebuah keyakinan bahwa, kodrat masing-masing individu itu bebeda satu sama lain. Demikian juga proses atau alur yang menyertai. Meskipun sekilas prosesnya hampir sama, akan tetapi keluarannya berbeda. Contoh, sama sama belajar pencak silat, belajar jurus, setelah lulus dan terjun ke masyarakat, terbukti manfaat ilmu yang didapatkan tidak serta merta sama. Kandungan ilmunya barangkali sama, tapi pemanfaatannya yang berbeda. Yakni, sesuai dengan jalan hidupnya masing-masing. Sebab, lanjut beliau, muara akhir yang tengah diperjuangan adalah “kesempurnaan” derajat atau maqam tertinggi manusia (maqamah mahmudah). Prestasi kinerjanya tidak bisa ditakar dengan nilai-nilai material ragawi, akan tetapi jauh di atasnya, yaitu kedamaian, kebahagiaan dan kemanfaatan pada sesama. (Ibarat pohon, jadilah sebatang pohon yang ditebang kemudian digunakan).

Benar, bahwa Allah Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Perkasa. Dengan ilmu-Nya, Allah bisa menciptakan makhluk hanya dengan “Kun” dan “Fayakun”. Jadi dan terjadilah. ”Sesungguhnya kejadiannya, jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya “Jadilah” maka jadilah sesuatu itu.” QS : Yaasin (36) – 82).

Namun dalam konteks hakikat hidup ini Allah punya rahasia lain yang tersembunyi di balik kehendak penciptaanNya, hingga Allah meletakkan unsur proses di dalamnya. Tujuannya, Sang Kholik berkehendak menunjukkan eksistensinya untuk dikenal oleh makhluk. Karena apa? Tujuan penciptaan itu sendiri tidak ada lain hanya untuk mengenal-Nya. “ Aku adalah khasanah tersembunyi. Aku ingin dikenali. Karena itulah Aku ciptakan makhluk agar Aku dikenali (Hadits Qudsi).”

Dikenali dalam konteks ini, bukan hanya sekedar mengenal (makrifat), akan tetapi mengandung konsekuensi emanent, antara Sang Pencipta (Kholik) dan ciptaannya (makhluk), yakni penghambaan atau “manembah”. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran :”Aku tidak ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaKu. (QS : Adz Dariyat (51) - 56). Hingga, kemudian Allah menciptakan proses, yang di dalamnya juga terkandung khasanah pembelajaran (ilmu) bagi makhluk untuk mengenal-Nya. Dalam sepanjang sejarah keberadaan manusia di muka bumi ini, hanya ada tiga sosok manusia yang diciptakan langsung tanpa melalui proses, sebagaimana proses yang diberlakukan dalam penciptaan manusia pada umumnya. Yaitu, Adam dan Hawa, diciptakan langsung dengan “Kun Fayakun”. Dan satu lagi, Nabi Isa, yang diciptakan Allah tanpa melalui proses pembuahan. Allah langsung meniupkan Ruhul Qudus ke dalam rahim Ibunda Maryam, dalam proses penciptaan Nabi Isa.

Sejak “Perjanjian Alastu” atau “Yaum Alastu” ditetapkan terhadap roh manusia di alam roh atau disebut juga alam azali, alam lahut, Allah kemudian memerintahkan roh masuk ke dalam janin yang telah berusia 40 hari di rahim ibunda melalui sebuah tiupan, sebagaimana makna roh itu sendiri, yaitu tiupan. Poses turunnya roh ke dalam alam mulk atau alam kasar yang disebut dunia ini pun melalui proses panjang. Sebagian ulama tasawuf menyebutnya “melalui martabat tanazul”. Dalam konsepsi hakikatul muhammadiyah, atau yang oleh pinisepuh filsafat Jawa sering disebut dengan “sangkan paraning dumadi”, terdapat tujuh tahapan , proses turunya roh ke jasad manusia (bahasan martabat tanazul tentunya tidak bijaksana jika dikupas di sini).

Salah satu rahasia tersermbunyi kenapa Allah mencipta hidup dan kehidupan manusia melalui proses perkembangan, antara lain, adalah agar ciptaannya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan lingkungan yang didatangi objek baru itu pun bisa menerima kehadirannya, sehingga bisa saling menyesuaikan, selaras dan seimbang. Sebab sesuatu yang revolusioner, pasti berdampak negatif, baik bagi pendatang maupun lokasi yang didatangi.

Manusia Sempurna (Insan Kamil)

Manusia sempurna sesuai pandangan SH Terate dijabarkan oleh Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE (semoga Allah menempatkannya di surga tertiggi), adalah sosok manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, beriman serta bertakwa kepada Allah, Tuhan Yang Mahaesa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi. Beliau selalu mengaitkan konsepsi budi luhur dengan persaudaraan. Alasannya, dalam persaudaraan itu ada cinta kasih. Salah satu cerminan dari seorang yang berbudi luhur adalah cinta sesama (sih mring sasami)

Sedangkan konsep persaudaran dalam hal ini adalah, jalinan persaudaraan yang lahir dari hati nurani, didasari rasa cinta mencintai, sayang menyayangi, hormat menghormati, saling menghamat-hamati dan saling bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak memandang siapa aku dan siapa kamu, tidak terkontaminasi hegemoni keduniawian, seperti pangkat, derajat, martabat, pun tidak memandang suku, ras, agama dan antargolongan. Bahkan dalam kondisi tertentu, kadar persaudaraan itu melebihi kadar persaudaraan seibu sebapak (saudara kandung).

“Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya melebihi cintanya pada diri sendiri.(HR. Buchari dan Muslim).

Persaudaran adalah cinta kasih, anugerah, rahmat serta hidayah Allah, Tuhan Yang Mahaesa. Ia laksana sumberdaya hayati tak ternilai harganya. Seberapa banyak uang yang engkau miliki, tak akan bisa membelinya. Ibaratnya, gudang hartamu bisa engkau gunakan untuk merekrut prajurit, membeli senjata dan mesiu, serta menguasai negeri. Tapi, jangan pernah sekalipun kamu bermimpi, bahwa harta yang engkau miliki bisa untuk membeli cinta permaisuri dan kesetiaan abdi. Ya, sekalipun tumpukan hartamua sebesar Gunung Lawu. Karena, jiwa dan cinta permaisuri serta abdi hanya bisa ditaklukkan dengan cinta, kasih sayang dan keluhuran budi.

Hikmah lain yang tersembunyi di balik proses penciptaan tersebut adalah bermuatan khasanah ilmu bagi manusia yang mau berfikir untuk mencermati dan memahaminya. Contoh, tidak akan turun hujan jika langit tidak berawan. Tidak ada awan di langit jika tidak ada panas matahari. Tidak pula akan jadi awan jika tidak air yang semula mengalir di sungai, mengalun di telaga, mengombak di keluasan samudera atau memendar di ujung daun berupa embun. Tak terkecuali peran udara dalam proses turunnya hujan dari langit ke bumi. Masing-masing menjalankan peran sesuai kodrat dan iramanya. Setia dengan posisinya. Setia dengan tugas dan kewajibannya. Semuanya akan nyawiji dalam sebuah proses, memenuhi muatan ideal hingga mencapai nilai kesempurnaan. Jika salah satu instrumen proses penciptaan hujan ini tak terpenuhi, atau kelebihan muatan, dampaknya pasti tidak akan turun hujan. Bahkan mungkin sebaliknya, akan menjadi bencana. Contoh lain, kodrat air itu bersifat dingin dan iramanya mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Antonimnya adalah api, bersifat panas dan lebih suka bergerak ke atas. Bagaimana kita bisa memadamkan api (panas) tanpa menggunakan air (dingin)?

Kesadaran, pemahaman, bahkan keyakinan atas kodrat dan irama hidup ini menjadi bagian terpenting bagi kehidupan manusia dalam menjalankan perannya di muka bumi. Manusia yang sadar dan mengerti eksistesi diri, ia tidak akan mengambil peran yang tidak sesuai dengan kodrat dan iramanya, tidak sesuai dengan maqamnya (rebah alur sakdedeg sakpangawe). Manusia yang mengerti eksistensi diri juga tidak akan memberikan amanah kepada seseorang yang bukan ahlinya. Apalagi jika amanah itu berupa jabatan yang erat berhubungan dengan kepentingan umat. Jika amanah itu diberikan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggu saja kehancurannya.

Tidak ada manusia sempurna. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Itulah kenapa manusia harus bersaudara dan berusaha terus bergerak ke arah perubahan menuju kesempurnaan. Muaranya untuk memperkuat potensi diri dan menutup jurang kelemahan yang dimiliki (ora ana kamulyan tanpa paseduluran).

“Orang yang sempurna/kuat akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah/lemah adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Disamping itu, ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).

Sementara itu, Kang Mas Ir.H.RB Wijono, ketua Mejelis Ajar SH Terate (Jakarta) dalam dialog khusus dengan penullis, (6/9/2024) memaparkan, garis besar Mukadimah SH Terate, menurut kemahaman beliau bisa dibagi menjadi (3) tiga kerangka besar. Yakni, hakikat (alenia 1 dan 2), syariat (alenia 3, 4 dan 5) dan sarana (alenia ke 6). Menurut Mas Wie (panggilan akrab RB Wijono), berbeda dengan alur keilmuan yang lain, untuk memahami Mukadimah SH Terate, konsep pendekatan yang musti dipakai adalah konsep kosok balen (piramida terbalik). Sebut sebagai missal, untuk memahami kandungan alenia pertama (1) dan kedua (2) bukan dimulai dari alenia pertama akan tetapi dikaji lebih dulu alenea syariatnya (alenia ke tiga, empat dan dan lima. Setelah paham kandungan makna dari alenia ke 3,4 dan lima baru kita akan bisa memahami hakikatnya yang tersurat dalan alenia 1 (pertama) dan ke 2 (kedua).Sedangkan alenia keenam merupakan sarana yang bisa dijadikan alat mensosialisakan ajaran yang terkandung dalam alenia, yang menurut Mas Wie disebut-sebut sebagai alenia hakikat dan syariat itu.

(Andi Casiyem Sudin–bersambung)

Donasi Operasional Blog shteratecantrik.blogspot.com

Kirimkan donasi Anda ke

BNI Rek No 164 0744 137

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa dan Wasiat untuk Warga Baru SH Terate

Sekadar Syarat Bentuk Lahir

Menelaah Mukadimah SH Terate