Sekilas Tentang SH Terate (2)



D. Periode Pengembangan

Gaung pembaharuan yang telah dipekikkan lewat konferensi SH Terate di Pilangbango, Madiun itu dengan arif diakui sebagai era baru perjalanan roda organisasi. Yakni, era perubahan konsep organisasi dari tradisional ke organisasi modern, dengan meletakkan persaudaraan sebagai roh keorganisasian.

Dengan konsep ini, tugas dan tanggung jawab keorganisasian, tidak lagi bertumpu pada orang perorang, tapi dipikul secara kolektif alias berbagi tugas dan tanggung jawab bersama-sama. Sasaran penyebarluasan ajaran dan pengembangan organisasi, tidak lagi hanya terfokus pada kelompok tertentu, akan tetapi berskala heterogen, mulai dari masyarakat papan atas sampai masyarakat di papan paling bawah. Dengan konsep pembaruan ini Persaudaraan Setia Hati Terate mendapat sambutan cukup hangat dari segenap lapisan masyarakat.

Kesepakatan menjadikan persaudaran sebagai roh organisasi itu selanjutnya dijadikan dasar pengembangan sayap organisasi. Dan kian dipertegas lagi dalam MUBES (Musawarah Besar) Persaudaraan Setia Hati Terate, tahun 1974 di Madiun. Hasil Mubes ini antara lain mengangkat RM. Imam Koesoepangat sebagai ketua dan Soetomo Mangkoedjojo sebagai Dewan Pusat. Musyawarah juga sepakat menjadikan kedaulatan tertinggi organisasi di tangan anggota dan selanjutnya dapat disuarakan lewat wakilnya dalam setiap Mubes. Kedua tokoh ini kembali dikukuhkan sebagai pimpinan organisasi pada Mubes tahun 1977.

Selepas Soetomo melepas jabatan ketua, tampuk pimpinan organisasi diamanatkan kepada RM Imam Koesoepangat, hingga tahun 1977. Periode berikutnya (1977-1981) Badini terpilih menjadi Ketua Dewan Cabang, sementara Tarmadji Boedi Harsono, memegang jabatan Ketua I.

Badini dikenal sebagai seorang seniman, sepesialis seni lukis wayang. Beliau juga seorang yang menguasai olah seni pencak silat, terutama solospel (seni permainan tunggal). Di era Ir.Soekarno menjabat Presiden RI, Badini sempat dipanggil di Istana Negara untuk menunjukkan keterampilannya bermain pencak silat tunggal.

Persaudaraan SH Terate mulai memasuki masa keemasan pasca MUBES IV Persaudaraan SH Terate di Madiun, tahun 1981. Hasil Mubes antara lain, mengukuhkan KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE sebagai Ketua Umum dan RM.Imam Koesoepangat sebagai Ketua Dewan Pusat.

Pada era ini, tugas dan tanggung jawab kepemimpinan Persaudaraan SH Terate dipilah menjadi dua jalur. Yaitu: jalur idealisme dan jalur profesional. RM. Imam Koesoepangat diamanati sebagai penanggung jawab bidang idealisme. Bidang idealisme ini menyangkut penajaman ajaran kerokhanian dan peningkatan kualitas budi pekerti luhur pada warga. Sementara bidang pengembangan dan keorganisasian, diserahkan pada Mas Madji. Sepanjang, dipimpin kedua tokoh ini, eksistensi Persaudaran SH Terate semakin mantap dan diperhitungkan. Terbukti perkembangan SH Terate tidak lagi hanya berkutat di Pulau Jawa, tapi merambah ke luar P. Jawa. Pada dekade ini cabang SH Terate yang semula hanya 5 cabang berkembang menjadi 46 cabang.

Sepeninggal RM Imam Koesoepangat, tepatnya tanggal 16 November 1987, praktis beban dan tanggung jawab tongkat kepemimpinan Persaudaraan SH Terate beralih ke pundak Tarmadji. Ibaratnya dua tanggung jawab yang semula dipikul berdua, mulai saat itu harus diemban sendiri. Meski begitu, ternyata Mas Madji mampu. Terbukti berkat solidnya sistem koordinasi antarjajaran pengurus dan kadang tercinta, Persaudaraan SH Terate berhasil melesat ke kancah paradigma baru.

Pada pereode berikutnya, posisi Mas Imam, digantikan Drs. Marwoto, sebagai Ketua Dewan Pusat. Sedangkan Ketua Umum Persaudaraan SH Terate tetap diamanatkan kepada KRH. H.Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE.

Drs. Marwoto, dikenal sebagai seorang yang menguasai bahasa dan sastra. Beliau merupakan Dosen di UNS Surakarta. Pembawaanya cukup arif dan penyabar. Beliau pula salah satu pembimbing penulis, saat menyusun buku seputar ajaran dan perkembangan Persaudaraan SH Terate.

Selain memprioritaskan pengembangan sektor ideal, era ini bisa dibilang sebagai era kejayaan Persaudaraan SH Terate. Era kejayaan itu ditandai dengan lahirnya kebijakan dan karya monumental serta pembangunan sarana dan prasarana fisik organisasi, dan perluasan cabang. Di tengah kesibukan memimpin banyak lembaga sosial kemasyarakatan —sebab, selain sebagai Ketua Umum Persaudaraan SH Terate, KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro, SE, juga tercatat sebagai ketua Hiswana Migas, Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Kota Madiun, Direktur Kelompok Bimbingan Ibadah haji Al-Mabrur, Ketua DPRD Kota Madiun, dan masih banyak lagi organisasi dan institusi yang dipimpin. Meski begitu, terbukti beliau mampu memperkokoh eksistensi Persaudaran SH Terate.

Melengkapi keberadaan Persaudaraan SH Terate, didirikan sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Setia Hati Terate. Dalam perkembangannya Yayasan Setia Hati Terate berhasil menelorkan kinarnya monumental berupa lembaga pendidikan formal berupa Sekolah Menengah Industri Pariwisata Kusuma Terate (SMIP) dengan akreditasi diakui, SMIP Kusuma Terate telah berhasil mencetak siswa-siswinya menjadi tenaga terampil dibidang akomodasi perhotelan.

Sementara untuk mendukung kesejahteraan anggota Yayasan Setia Hati Terate mendirikan lembaga perekonomian berupa Koperasi Terate Manunggal dan bidang usaha perekonomian lainnya. Dua buah padepokan yang dibangun secara swadaya, kian mengokohkan eksistensi organisasi. Kedua padepokan tersebut adalah Padepokan Agung Persaudaraan SH Terate di Jl. Merak Nambangan Kidul Kota Madiun. Kedua, Padepokan Luhur yang berlokasi di Kelurahan Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.

SH Terate juga telah memiliki sejumlah aset lain, baik berupa aset bergerak maupun tak bergerak. Kesemuanya itu diharapkan bisa menjadi daya dukung organisasi agar mampu menyelaraskan diri dengan era globalisasi.

Untuk meringankan beban tugas dan tanggung jawab pengurus harian, dibentuk tiga pilar pendidik. Satu pilar kelompok dewan yang mengurus misi organisasi. Pilar ini dipandegani warga ang memang sudah matang keilmuannya. Terkait dengan konsepnya ini, Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, membentuk Dewan Kasepuhan yang diberi nama Nawa Pandhita. Lembaga ini beranggotakan sembilan orang warga, semuanya Tingkat II dan Tingkat III, yang dinilai sudah matang keilmuannya. Tugas utama lembaga ini adalah mengkonsep ajaran kerokhanian.

Pilar kedua adalah pilar pendidik pencak silat. Lembaga ini dibidani dibidani warga yang menguasai bidang pencak silat, baik pencak silat ajaran maupun pencak silat prestasi. Pilar yang ketiga adalah pilar organisasi dan perkembangan. Pilar ini beranggotakan warga yang ahli mengurus organisasi.

Sedangkan untuk menekan terjadinya “gesekan” antara anggota Persaudaaan SH Terate dan angota SH Tunas Muda Winongo, dicetuskan kebulatan tekad bertajuk “Kami Adalah Satu”. Selain itu dibentuk pula forum komunikasi antar perguruan pencak silat. Karya monumental lain yang dilahirkan adalah membumikan Pencak Silat di Bumi Madiun, dengan terminolgi menjadikan Madiun sebagai “Kampung Pesilat”. Memasuki tahun 2014, Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, mulai menata regenerasi kepemimpinan. Langkah tersebut ditandai dengan diangkatnya Kolonel (Purn) Richard Simorangkir sebagai Ketua Umum Persaudaraan SH Terate (Plt). Sedangkan Mas Madji sendiri menduki posisi Ketua Majelis Luhur.

Majelis Luhur adalah lembaga tertinggi Persaudaraan SH Terate. Lembaga ini sebenarnya peleburan lembaga yang semula dinamai Nawa Pandita. Pada pereode sebelumnya lembaga ini diberi nama Dewan Pusat. Tugas dan tanggung jawab Majelis Luhur sama dengan tugas dan tanggung jawab Dewan Pusat.

Kol (Purn) Richard Simorangkir hanya menjabat sebagai Ketua Umum Persaudaraan SH Terate (Plt) selama satu tahun. Memasuki tahun kedua, beliau wafat. Sebagai gantinya diangkat Drs. Arief Surjono.

Drs. Arief Surjono sebelumnya menjabat sebagai Ketua Persaudaraan SH Terate DKP Madiun. Setahun setelah Mas Arief menduduki posisi Ketua Umum, tahun 2016, digelar Parapatan Luhur Persaudaraan Setia Hati Terate, di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Parapatan menghasilkan keputusan cukup penting, antara lain mengangkat Dr. M Taufik sebagai Ketua Umum Persaudaraan SH Terate Pusat Madiun dan Drs. Moerdjoko HW sebagai Ketua Harian. Parapatan Luhur juga mengamanatkan kepada Drs. Wijono, menduduki posisi sebagai Ketua Majelis Luhur.

Tahun 2015, Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, wafat. Jenasahnya dinamakan di makan pribadi keluarga, yang berlokiasi di sebelah barat Padepokan Agung Persaudaraan SH Terate Madiun, Jl. Merak, Nambangan Kidul Kota Madiun.

Data terakhir menyebutkan, Persaudaraan Setia Hati Terate kini telah memiliki 300-an cabang yang tersebar di Indonesia serta 67 komisariat Perguruan Tinggi dan 5 (lima) Komisariat Luar Negeri. Itu berarti di era Kang KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, perkembangan cabang Persaudaraan SH Terate bertambah sebanyak 254 cabang. Dari jumlah itu cabang yang telah resmi mengantongi SK PSHT Pusat Madiun, sebanyak 200-an cabang. Sisanya diproses pada era kepemimpinan pasca Mas Madji

Daftar Nama Pemimpin Persaudaran SH Terate : 1. Ki Hadjar Hardjo Oetomo (Perguruan Pencak Silat SH Terate) 2. Soetomo Mangkoedjojo, 1948 sd 1956 3. Irsad, 1956 sd 1958 4. Santoso, 1958 sd 1966 5. RM Soetomo Mangkoedjojo, 1966 sd 1974 6. RM Imam Koessoepangat, 1974 sd 1977 7. Badini, 1977 sd 1981 8. KRH.H.Tarmadji Budi Harsono Adinagoro,SE, 1981 sd 2014 9. Richard Simorangkir, (Plt) 2014 sd 2014 10. Arif Suryono (Plt), 2014 sd 2016 11. Muhammad Taufik, 2016 sd 2017 12. Moerdjoko HW, 2017 sd sekarang.

D. Go International

Ketika Tarmadji Boedi Harsono, S.E dan Drs. Marwoto memimpin organisasi, kepak sayap perkembangan PSHT melesat pesat tidak hanya di dalam negeri, tapi merambah ke luar negeri. Dengan kiat PSHT Must Go International, Tarmadji berhasil melambungkan nama PSHT di kancah percaturan kultur dan peradaban dunia.

Tercatat ada 5 komisariat luar negeri yang berhasil dikukuhkan. Masing-masing, Komisariat PSHT Bintulu, Serawak, Malaysia, Komisariat Holland/Belanda, Komisariat Timor Loro Sae, Komisariat Hongkong dan Komisariat Moskow.

Dengan demikian tekad mengemban misi sekaligus juga amanat organisasi sebagimana yang termaktub dalam mukaddimah Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate. Yakni : ……akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana “Sang Mutiara Hidup” bertahta (Baca : Mukkaddimah Anggaran Dasar Persaudaraan Setia Hati Terate)—kini sudah merambah kehidupan global.

Misi tersebut merupakan tindak lanjut dari kesadaran mutlak Persaudaraan Setia hati Terate atas “hakikat hidup yang berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju kesempurnaan” dan konsekuensi keberadaan manusia “sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa” yang senantiasa “hendak menuju keabadian kembali kepada causa prima, titik tolak segala sesuatu melalui tingkat ke tingkat.”

Kesadaran atas makna hakikat hidup dan proses pencariannya itulah, parktis menjadi kewajiban bagi setiap warga Persaudaraan Setia Hati Terate untuk menekuninya. Ini mengingat bahwa “tidak semua insan menyadari bahwa yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap di lubuk hati sanubarinya.”

Dengan demikian, “Pencak Silat,” dalam konteks ini, “hanya merupakan salah satu ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate dalam tingkat pertama, sekedar memenuhi unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, dan kebahagiaan serta kebenaran terhadap setiap penyerang.”

Sebab pada hakikatnya Persaudaraan Setia Hati Terate sadar dan yakin bahwa “sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah insan, makhluk atau kekuatan yang berada di luar dirinya. Oleh karena itu pencak silat hanya salah satu syarat untuk “mempertebal kepercayaan pada diri sendiri dan mengenal diri pribadi sebaik-baiknya”.

Berupaya menyingkap tabir/tirai selubung hati nurani dimana “sang mutiara hidup” bertahta untuk menuju keabadian kembali kepada causa prima itulah sebenarnya inti dari Persaudaraan Setia Hati Terate.

Ajaran Setia Hati Terate

Terdapat lima dasar ajaran yang diluncurkan Persaudaraan Setia Hati Terate dalam berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Kelima dasar ajaran itu terangkum dalam konsep pembelajaran yang dinamakan “Panca Dasar” yaitu Persaudaraan, Olah Raga, Seni, Bela Diri, dan Kerokhanian.

Lewat konsep pembelajaran yang terangkum dalam Panca Dasar tersebut PSHT berupaya membimbing warganya untuk memiliki lima watak dasar yaitu :

1. Berbudi luhur tahu benar dan salah serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pemberani dan tidak takut mati.
3. Berhadapan dengan masalah kecil dan remeh mengalah, baru bertindak jika
menghadapi masalah prinsip yang menyangkut harkat dan martabat kemanusiaan.
4. Sederhana.
5. Mamayu Hayuning Bawana (berusaha menjaga kelestarian, kedamaian bumi).

Melengkapi eksistensi sebagai organisasi cinta perdamaian, PSHT memformat warganya lewat beberapa butir filsafat perjuangan hidup, antara lain

1. Sepira gedhening sengsara yen tinampa among dadi coba (seberat apapun cobaan
yang diterima manusia jika dijalani dengan lapang dada akan diperoleh hikmah
yang tidak terkira.)

2. Sak apik-apike wong yen aweh pitulungan kanthi dhedhemitan (Sebaik-baiknya
manusia jika memberikan pertolongan dengan ikhlas tanpa pamrih dan tidak perlu
diketahui orang lain).

3. Aja waton ngomong ning ngomong kang ngango waton (jangan suka berbuat jelek
pada sesama berbuatlah kebajikan pada sesama).

4. Aja seneng gawe ala ing liyan, apa alane gawe senenge liyan (jangan suka
mencelakakan orang lain, tidak ada jeleknya membuat senang orang lain).

5. Aja sok rumangsa bisa, nanging sing bisa rumangsa (jangan merasa diri paling
super, tapi sadar diri dan sadar akan keberadaan orang lain).

6. Ngundhuh wohing pakarti, sapa nandur bakal ngundhuh (segala darma pasti akan
berubah, apapun perbuatan yang kita lakukan pasti akan kembali pada diri kita
sendiri).(andi casiyem sudin)

Ketua Umum SH Terate, H.Tarmadji Boedi Harsono,SE dalam telaah yang disajikan dengan bahasa lebih sederhana, menterjemahkan ajaran tersebut dengan lima kiat sukses meraih hidup bahagia. Yaitu, jujur, rajin, mau belajar, tidak pernah menuntut dan tak kenal menyerah. (Penjabaran kelima ajaran ini sudah dibukukan dalam sebuah buku berjudul “Menggapai Jiwa Terate”. Buku ini disunting oleh Andi Casiyem Sudin, dan diterbitkan perdana dengan teras 5000 buah dan habis dalam waktu relative singkat.

Tulisan ini saya buat dari hasil wawancara saya Andi Cs Kisbandiyo alias Andi Casiyem Sudin Dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun KRH.H.Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa dan Wasiat untuk Warga Baru SH Terate

Sekadar Syarat Bentuk Lahir

Menelaah Mukadimah SH Terate