Tokoh Sejuta Pesona (3)
Catatan Perjalanan Hidup H.Tarmadji Boedi Harsono,SE
Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun
" SH Terate adalah darah daging saya. la sudah menjadi bagian dari hidup saya," ujar Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun H Tarmadji Boedi Harsono,SE.
Dipercaya Memimpin Organisasi
Keberhasilannya mempelajari ilmu tertinggi di organisasi tercinta ini, menambah dirinya kian mantap, kokoh dan semakin diperhitungkan.
Cantrik setia R.M Imam Koesoepangat yang di waktu-waktu sebelumnya selalu tampil di belakang ini, sejak berhasil menyelesaikan puncak pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate, mulai diterima dan diperhitungkan di kalangan tokoh organisasi tercinta. Sejalan dengan kapasitasnya sebagai Pendekar Tingkat III, ia mulai dipercaya tampil ke depan dengan membawa misi organisasi. Tahun 1978 Tarmadji dipilih menjadi Ketua I, mendampingi Badini sebagai Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate. Puncak kepercayaan itu berhasil diraih pada MUBES Persaudaraan Setia Hati Terate Tahun 1981. Yakni dengan terpilihnya ia menjadi Ketua Umum Pusat.
Setahun setelah Tarmadji Boedi Harsono memimpin organisasi, sejumlah terobosan yang dimungkinkan bisa mendukung pengembangan sayap organisasi diluncurkan.Salah satu produk kebijakan yang dilahirkan adalah pendirian Yayasan Setia Hati Terate lewat Akta Notaris Dharma Sanjata Sudagung No. 66/1982. Yayasan Setia Hati Terate merupakan komitmen organisasi untuk andil memberikan nilai lebih bagi masyarakat, khususnya di sektor ril. Dalam perkembangannya, di samping berhasil mendirikan Padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate di atas lahan seluas 12.290 m yang beriokasi di Jl. Merak Nambangan Kidul Kodya Madiun, yayasan ini juga mendirikan dua lembaga pendidikan formal Sekolah Menengah Umum (SMU) Kususma Terate dan Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP) Kusuma Terate serta lembaga pendidikan ketrampilan siap pakai.
Sedangkan untuk meningkatkan perekonomian warganya, Tarmadji Boedi Harsono meluncurkan produk kebijakan dalam bentuk koperasi yang kemudian diberi nama Koperasi Terate Manunggal.
Hingga saat ini, Yayasan Setia Hati Terate telah memiliki sejumlah aset, antara lain tanah seluas 12.190 m2 yang di atasnya berdiri sarana dan prasarana phisik seperti: gedung Pendapa Agung Saba Wiratama, gedung Sekretariat Persaudaraan Setia Hati Terate, gadung PUSDIKLAT (Sasana Kridangga), gedung pertemuan (Sasana Parapatan), gedung Training Centre (Sasana Pandadaran), gedung Peristirahatan (Sasana Amongraga), Kantor Yayasan Setia Hati Terate, gedung SMU dan SMTP Kusuma Terate, gadung Koperasi Terate Manunggal dan Mushola Sabaqul Khoirot dan Gelanggang Adu Bebas SH Terate.
Searah dengan itu, pergaulannya dengan para tokoh Setia Hati Terate pun semakin diperluas. Beberapa tokoh berpengaruh di organisasi tercinta didatangi. Dari para tokoh yang didatangi itu, ia tidak saja mampu memperdalam olah gerak dan langkah Persaudaraan Setia Hati Terate, tapi juga menerima banyak wejangan kerokhanian. Bahkan saat Tarmadji Boedi Harsono dipercaya untuk memimpin Setia Hati Terate, sejumlah tokoh yang dulu pemah dihubunginya itu dengan rela menyerahkan buku-buku pakem Ke-SH-an yang mereka tulis sendiri
Wejangan, baik lisan maupun tulisan, dari para tokoh dan sesepuh ini dikemudian hari dijadikan bekal dalam memimpin Persaudaraan Setia Hati Terate. Dan terlepas dari segala kelemahannya, terbukti Tarmadji Boedi Harsono mampu membawa Persaudaraan Setia Hati Terate menjadi sebuah organisasi yang cukup diperhitungkan tidak saja di dunia persilatan tapi juga di sektor lainnya.
Sementara itu, penggarapan di sektor ideal dalam bentuk penyebaran ajaran budi luhur lewat Persaudaraan Setia Hati Terate tetap menjadi prioritas kebijakan. Dan hasilnya pun cukup melegakan. Terbukti, sejak tampuk pimpinan organisasi di pegang oleh Tarmadji Boedi Harsono, Persaudaraan Setia Hati Terate yang semula hanya berkutat di Pulau Jawa, sejengkal demi sejengkal mulai merambah ke seluruh pelosok tanah air. Bahkan mengembang lagi hingga ke luar negeri. Tercatat hingga tahun 2009, Setia Hati Terate telah memiliki 196 cabang di 26 provinsi di Indonesia, 20 komisariat di perguruan tinggi dan manca negara dengan jumlah anggota mencapai 1,7 juta orang.
Yang patut dipertanyakan adalah, misteri apa berpusar dibalik keberhasilan dia membawa Persaudaraan Setia Hati Terate ke tingkat yang lebih terhormat dan cukup diperhitungkan. Jawabnya, temyata ada pada tiga titik inti yang jika ditarik garis lurus akan membentuk misteri segi tiga. Titik pertama berada di Desa Pilangbango, Madiun (kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo - titik lahimya Persaudaraan Setia Hati Terate), titik kedua berada di Pavilium Kabupaten Madiun (kediaman R.M Imam Koesoepangat - titik perintisan Persaudaraan Setia Hati Terate) dan titik ketiga berada di Padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate Jl. Merak Nambangan Kidul Kodya Madiun - titik H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E mengembangkan Persaudaraan Setia Hati Terate.
Kiprah di Luar SH Terate
Tampaknya memang bukan H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E, jika ia hanya puas berkutat dengan prestasi yang dicapai di dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, ia pun terbukti tampil cukup diperhitungkan. Tokoh yang mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Unmer Madiun ini juga andil di organisasi masyarakat. Bahkan sempat menduduki sejumlah jabatan cukup strategis hampir di setiap organisasi yang diikutinya.
Sampai di sini musti disepakati, bahwa Mad Madji, disamping merupakan sentral figure Setia Hati Terate, ia juga menusia biasa. Manusia lumrah --- yang tetap harus dihargai hak dan kepentingannya sebagai makhluk pribadi. Seperti hak politik, hak privasi dan hak-hak untuk berinovasi dalam mengembangkan perekonomian keluarga.
Mendudukkan Mas Madji melulu di puncak idelisme ke-Setia Hati-an, jelas bukan sikap yang arif. Toh fakta berbicara, pada sisi inovasi pengembangan privasi ini, Mas Madji mampu mempertahankan citra organisasi. Pada sisi inovasi politk misalnya, karier Mas Madji ternyata cukup baik. Terbukti, melalui ideologi politik yang diikutinya, ia dipercaya menjadi wakil rakyat Kota Madiun hingga dua periode (periode 1987-1992 serta periode 1997 – 1999). Sukses karier politik kembali diraih periode 2004-2009. Yakni, menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Madiun.
Pada sisi ini ada pelajaran cukup berharga dari Mas Madji. Bahwa SH Terate tetap berafiliasi pada partai politik manapun. Berafiliasi artinya netral, tidak menginduk. Tapi sebagai bagian masyarakat berbangsa dan bernegara, SH Terate membebaskan anggotanya bergabung pada partai politik, sesuai dengan hati nuraninya.
Sementara jika ada warga SH Terate yang menjadikan partai politik sebagai jalan hidup, menjadi politikus, Mas Madji menghimbau, jadilah politikus yang luhur. Politikus yang tidak menjadikan partai sebagai lahan pekerjaan. Tapi menjadikan partai politik sebagai ajang dharma.
Patut pula dicatat, paro tahun 2008 ketika Kabupaten Madiun menggelar pemilihan bupati (Pilbup), Mas Madji sempat diminta menjadi calon bupati dari partai besar pemenang pemilu. Tapi permintaan ini ditolak dengan halus.Pertimbangan bahwa dirinya merupakan sentral figur di SH Terate menjadi alasan utama.
Pertimbangan lain, karena usia. Usia Mas Madji di tahun 2008 sudah 61 tahun.Tahapan usia yang mengilhami beliau secara berangsur-angsur sudah harus meninggalkan ranah kesatarian (dunia kesatria) dan masuk ke ranah kapanditan. Istilah yang sering dia ucapkan, jika hidup ini diibaratkan sebagai pusaran cakra (cakra manggilingan) sudah saatnya beliau meninggalkan puncak kejayaan material, berpusar menuju nilai-nilai kerokhanian (kapadintan).
Lewat sikapnya ini sesungguhnya Mas Madji telah melakukan sebuah pembelajaran bagi kadang SH Terate. Bahwa, manusia hidup itu harus sadar diri. Harus bisa menerima dengan ikhlas suratan takdir, hingga mampu dengan intens menghayati apa yang disebut sebagai lungguhing urip, jejering urip, sangkan paraning dumadi, jer lahir trusing bathin (totalitas eksistensi manusia dan kemanusiaanya.
Penolakan dengan halus itupun dilakukan Mas Madji ketika ditawari menduduki jabatan strategis oleh sejumlah partai politik. Prinsipnya, kalau toh dia harus terjun ke dunia politik, dia menjadikan politik sebagai bagian dari dharma. Bukan menjadikan politik sebagai lahan pekerjaan. Mas Madji menolak keras jika dituding sebagai pekerja politik. Sebab perekonomian keluarganya selama ini sudah ditopang oleh peruntungan wirausaha. Dan prinsip ini tak hanya berlaku sebagai jargon. Tapi eksis ditunjukkan lewat bukti dalam perjalanan karier politiknya.
Wajarlah, jika kharisma Mas Madji berdarma dalam hidup mendapat pengakuan berlebih. Sampai-sampai sejumlah media, baik terbitan nasional maupun regional, sempat memberi julukan pada dia sebagai “Tokoh Sejuta Pesona”.
Sementara itu, menyadari dirinya adalah seorang muslim, pada tahun 1995 ia bersama istri tercinta, Siti Ruwiatun berangkat ke tanah suci Mekah Al Mukaromah menjadi tamu Allah, menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni ibadah haji. Ibadah ini kembali diulang pada tahun-tahun berikutnya. Baik berupa haji maupun Umroh.
Tekad Mas Madji, jika Allah meridloi ia dan keluarganya akan melaksanakan ibadah mroh tiap tahun.Setiap ada kesempatan. Bahkan, pada setiap acara ulang tahun, beliau selalu bagi-bagi hadiah Umroh kepada kadang SH Terate. ”Banyak pelajaran dan hikmah yang bisa saya ambil dengan beribadah Umroh. Setiap pulang beribadah Umroh, begitu kaki menginjak ke tanah air, jiwa saya mengatakan, Ya Allah, beri saya kesempatan untuk kembali memenuhi panggilanMu,” ujar Mas Madji.
Di komonitas al-haj Madiun dan sekitarnya, Mas Madji juga dapat tempat. Jabatan ketua IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Kodya Madiun diamanatkan kepadanya. Masih terkait urusan haji, dia andil besar dalam kelompok bimbingan haji (KBIH) dan menjadi Direktur KBIH Al’Mabrur.
H. Tarmadji Boedi Harsono,SE juga tercatat membidani lahirnya sejumlah lembaga NGo di Kota Madiun. Lembaga itu bergerak hampir di segenap lini kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tulisan ini diturunkan dari hasil wawancara saya, Andi Casiyem Sudin dengan Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun,H.Tarmadji Boedi Harsono,SE.
Komentar
Posting Komentar