Makna Filosofi Padepokan SH Terate (4)


Paviliun SH Terate ini terletak di Gelanggang Adu Bebas SH Terate. Kontruksi paviliun ini juga menggunakan delapan buah tiang penyangga (andi casiyem sudin)

Makna Filosofi Padepokan SH Terate

(Bagian 4 dari 5 Tulisan)

Pada bagian lalu telah dijelaskan makna filosofi empat tiang penyangga (saka guru) kontruksi Padepokan Agung SH Terate yang berlokasi di Jl.Merak Nambangan Kidul Kota Madiun. Yakni, sebagai perwujudan dimensi empat nafsu manusia (lauwamah, supiah, amarah dan mutmainah) yang harus dikendalikan hingga menjadi penyangga kehidupan manusia.

Keempat tiang menyangga tersebut berada di bangunan utama padepokan, yang diberi nama Saba Wiratama. Bangunan ini, diperuntukan sebagai tempat pasamuan agung, atau temu kadang Persaudaraan SH Terate, pada perhelatan cukup besar, berkapasitas 3000-an warga.

Ruang Pasamuan Agung Saba Wiratama ini selain disangga oleh empat saka guru juga diperkuat dengan empat tiang penyangga lain, yang disainnya lebih kecil dibanding saka guru. Hingga, kesemua tiang penyangga tersebut berjumlah (8) delapan buah.

Delapan buah tiang penyangga sebagai simbol dari ajaran Hasta Brata juga dijadikan kontruksi di pavilun Gelanggang Adu Bebas Sabuk Emas SH Terate. (Lihat gambar yang penulis sajikan dalam tulisan ini)

Dijelaskan oleh Kang Mas (alm) KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, ketua umum Persaudaraan SH Terate pereode (tahun 1981-2014), delapan tiang penyangga tersebut melambangkan Hasta Brata.

Tinjuan etimologi, Hasta Brata, berasal dari bahasa Sansekerta. Hasta berarti delapan, Brata bisa diartikan sifat atau watak. Domain yang dijadikan muara dari istilah ini adalah pemimpin. Namun, menurut Mas Madji, Hasta Brata juga relevan dijadikan pedoman sifat atau watak yang harus dimiliki warga SH Terate.

Persaudaraan SH Terate, sebagai bagian dari masyarakat berbangsa dan bernegara, memiliki misi membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, beriman dan bertakwa kepada Allah, Tuhan Yang Mahaesa. Manusia berbudi luhur hakikatnya adalah manusia teladan umat, yang memiliki sumber daya multi fungsi dan berdaya saing kesejagadan. Dengan misi tersebut maka SH Terate melakukan peletakan pondasi kokoh kepada generasi penerus sebagai gerbang masa depan. Calon pemimpin masa depan. Mas Madji sering menyebut calon pemimpin masa depan ini dengan jagone masyarakat. Sebagaimana disimbolkan dengan ayam jago, sebagai prasyarat uba rampe selamatan dalam acara pengesahan warga baru. Aplikasinya, dengan metode pendidikan lahiriyah dan batiniyah. Pendidikan lahiriyah diwujudkan dengan pelajaran pencak silat, sedangkan pendidikan batiniyah diwujudkan dengan pelajaran kerohanian atau ke-SH-an.

Ajaran filosofi kepemimpinan Hasta Brata, merupakan salah satu ajaran kerokhanian yang diperkenalkan kepada warga SH Terate. Diperkenalkan, setidaknya terkandung maksud, agar mereka bisa menjadikan filosofi luhur ini sebagai bekal referensi ketika terjun ke tengah tengah masyarakat, dan benar benar menjadi jagone masyarakat berbangsa dan bernegara.

Terdapat dua referensi dasar dari delapan watak pemimpin. Pertama diambil dari dunia pakeliran atau pawayangan, dari naskah Kakawin Ramayana dan/atau Wahyu Makutharama. Kedua diambil dari serat Babad Sangkala, Manawa Dharma Sastra. Dalam Kakawin Ramayana, sifat atau watak pemimpin diharapkan bisa mengadopsi watak dan sifat alam. Sedangkan dalam serat Babad Sangkala, kedelapan watak sifat tersebut mencerminkan watak dan sifat Dewa.

Hasta Brata, dengan referensi delapan watak dan sifat alam bisa ditafsirkan secara bebas sebagai berikut :

1. Watak Bumi (Hambeg ing Kisma). Bumi memiliki sifat kokoh, berlapi-lapis, memiliki lembah hujau nan subur, menyimpan kekayaan tambang tak terbilang dan rela jadi pijakan mahluk hidup. Relevansinya, warga SH Terate (selanjutnya hanya ditulis: warga) harus bisa mengadopsi sifat bumi yang kuat, berdaya saing, kaya raya tapi murah hati. Tidak egois, tidak pelit tapi juga tidak boros. Tangguh, memiliki pertahanan berlapis-lapis, siap berdarma demi kedamaian dan kesejahteraan umat manusia. Bumi berbentuk bulat dan berputar mengelilingi matahari. Tak pernah berhenti. Putarannya selalu di garis edar, tak pernah keluar garis. Artinya warga harus terus berinovasi untuk mengisi kehidupan agar lebih bermartabat, tak pernah putus asa dan patuh terhadap syariat agama, hukum adat dan hukum negara. Bumi adalah tempat tumbuh benih tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan. Artinya warga harus punya kepedulian terhadap nasib orang lain, mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Bumi rela menampung makhluk hidup maupun benda mati, rela diinjak injak dan dijadikan pijakan. Artinya seorang warga harus bisa manampung aspirasi masyarakat, siap melayani sesama dengan persoalan kompleks serta beraneka ragam, ridlo memikul beban tanggung jawab dan kewajiban, dan harus bisa menjadi pijakan masyarakat dalam menyelesaikan problematika hidup dan kehidupan.

2. Watak Air (Hambeg ing Tirta). Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Artinya warga SH Terate harus dinamis dan rendah hati. Bisa masuk ke segala ruang dan diam ketika menemukan permukaan rata.Artinya,mudah beradaptasi menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bisa mengisi dan mengambil kesempatan dengan daya kreativitasnya, tapi tidak menyinggung orang lain (ora dakwen, salah open). Adil, menempatkan manusia sama rasa sama rata. Tidak suka bikin ulah hingga meresahkan masyarakat, tapi sebaliknya, kehadirannya menawarkan kanyamanan, keamanan, kedamaian, kententraman. Mampu meredakan gejolak dahaga dan memberikan kesejukan pada jiwa yang lagi kegerahan. Air menumbuhkan bumi yang kering dan mati dan menumbuhkan tanaman. Artinya, warga harus bisa membangkitkan semangat, menumbuhkan harapan masyarakat untuk terus berjuang menggapai hari esok yang lebih baik, masa depan yang lebih bergairah serta bermartabat.

3. Watak Angin (Hambeg ing Samirana). Angin selalu berhembus ke satu arah mata angin, mampu menyusup ke celah terkecil sekalipun. Artinya warga SH Terate harus memiliki tujuan hidup yang jelas. Mampu menganalisa persoalan hingga ke akarnya. Konsisten, tidak munafikk, tidak mencla mencle. Punya prinsip yang teguh. Jika bicara tidak asal bicara tapi berdasar (ora waton ngomong, ning ngomong kang nganggo waton). Jika berdarma tanpa pamrih, tanpa harus dilihat orang lain (sakapik apike wong yen aweh pitulungan kanti dhdhemitan), sebagaimana sifat angin, tidak tampak tapi terasa.Rela membantu sesama, seperti angin yang rela membantu penyerbukan bunga tananam agar jadi buah dan melayarkan perahu nelayan untuk menjaring ikan ke tengah laut serta memulangkannya lagi ke daratan, tanpa meminta imbalan.

4. Watak Lautan (Hambeg ing Samodra). Watak lautan itu luas seakan tak bertepi. Dalam tak terjajagi. Selalu berombak. Artinya, warga SH Terate harus memiliki wawasan yang luas, dinamis dan memiliki kesadaran dan pemahaman ilmu yang dalam, baik ilmu lahir maupun batin. Laut rela menampung luapan muara dari sungai manapun, dengan kadar air bercampur apa pun.Emas, permata, sampah, bangkai hingga limbah industri, tak ada yang ditolak. Menerima segala tiba. Artinya, warga harus ridlo menerima segala macam tantangan, persoalan dan keluhan macam apa pun yang hadir di depan mata. Tidak melarikan diri dari masalah. Dasarnya, masalah adalah kekasih manusia paling setia. Keluasan hati dan cinta kasih, harus bisa menjadi tempat berlabuh bagi sesama, terbuka menerima saran dan masukan dari siapa pun.

5. Watak Bulan (Hambeg ing Candra). Bulan terlihat bercahaya di kegelapan malam. Sifat bulan ini bisa ditafsirkan, bahwa warga SH Terate harus bisa memberi cahaya dalam kegelapan. Dengan kedalaman ilmu yang dimiliki, warga diharap bisa menjadi pembimbing spiritual umat manusia.Gravitasi bulan mampu membuat air laut jadi pasang dan bergelora. Artinya, kharisma warga mampu membangkitkan semangat keteladan umat manusia.

6. Watak Matahari (Hambeg ing Surya). Matahari adalah cahaya Bima Sakti. Cahaya dan energi bumi. Sumber harapan kehidupan makhluk di muka bumi. Gravitasi matahari menjadikan benda-benda langit lainnya berputar mengelilinginya.Artinya seorang warga SH Terate harus bisa memberi cahaya dan energi dan harapan bagi kehidupan masyarakat dimana dia berada. Cahaya cinta kasih yang dipancarkan dari kejernihan hati, menjadikan orang orang di sekitarnya segan, patuh dan setia serta ridlo menjalankan kebijakan dari ide atau gagasan yang dicetuskanya. Matahari selalu terbit di waktu fajar dan tenggelam di sore hari. Artinya, warga harus setia menjalankan tugas dan kewajibannya, setia pada hatinya, setia berkreativitas mengisi hari dalam kehidupan agar bernilai ibadah dan pandai menciptakan kesempatan bagi kebahagiaan orang lain serta setia berdarma sebelum kesempatan itu tenggelam di depan mata.

7. Watak Bintang (Hambeg ing Kartika). Bintang adalah laksana taman langit di malam hari. Indah, berkedip kedip dan bercahaya. Bintang juga bisa dijadikan penunjuk arah bagi nelayan di tengah laut, atau bagi musafir di keluasan padang pasir. Artinya, warga SH Terate harus bisa menjadi penunjuk arah jelas, menjadi inspirator dan motivator, serta menjadi teladan masyarakat. Sekalipun jauh di ketinggian, tapi terasa dekat di hati. Sekalipun memiliki ilmu dan kemampuan tinggi, ia tidak sombong dan tetap dekat di hati masyarakat (cedak datan senggolan, adoh tanpa wangenan).

8. Watak Api (Hambeg ing Dahana). Watak api adalah membakar apa saja yang terjilat olehnya. Artinya warga SH Terate harus bergelora, terampil, cerdas dan cekatan dalam menuntaskan persoalan. Dia juga konsisten dan objektif dalam menegakkan aturan, tegas, tidak pandang bulu, serta tidak memihak. Api memiliki sifat berkobar-kobar menuju ke atas. Artinya, semangat warga harus selalu berkobar kobar untuk meraih kehidupan yang lebih baik dan lebih bermartabat.(acs-bersambung)

Tulisan ini merupakan hasil wawancara khusus penulis, Andi Casiyem Sudin dengan (alm) Kang Mas KRH.H. Tarmadji Budi Harsono Adinagoro,SE, semasih beliau aktif menjadi Ketua Umum Persaudaraan SH Terate merangkap Ketua Majelis Luhur pereode (tahun 1981-2014/15).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa dan Wasiat untuk Warga Baru SH Terate

Sekadar Syarat Bentuk Lahir

Menelaah Mukadimah SH Terate