Jangan Bawa Politik ke Padepokan
“Kita berdarma di SH Terate tanpa pamrih. Maka SH Terate harus kita jaga. Jangan sampai kita punya pamrih jadi ketua agar jadi DPR RI. Kalau saya jadi ketua DPRD bukan karena dulu berdarma di SH Terate karena pamrih ingin jadi Ketua DPRD. Tapi, barangkali karena ketua umum SH Terate dipandang masyarakat baik, ya saya dipilih jadi ketua. Tapi saya tidak pernah minta tolong pada Kadang SH Terate untuk menjadikan saya sebagai ketua DPRD.”
Wasiat tersebut disampaikan Kang Mas KRH.H.Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, pada acara refresing Warga Tingkat II, tepatnya di akhir kehidupan beliau, tahun 2015. Perlu diperjelas, Mas Madji pernah menjabat sebagai ketua DPRD Kota Madiun, periode 2004 – 2009. Penulis menjadi saksi hidup perjalanan beliau saat dipilih menjadi ketua dewan setempat.
Ungkapan Mas Madji, “Saya tidak pernah minta tolong pada Kadang SH Terate untuk menjadikan saya sebagai ketua DPRD,” sebagaimana lead berita di atas benar adanya. Saat itu, penulis masih bekerja aktif sebagai Koordinator Liputan Jawa Pos, Radar Madiun. Tugas penulis, salah satunya adalah mengkoordinir wartawan peliput berita. Termasuk menugaskan dan mengkoordinir wartawan peliput berita di Sekretariat DPRD Kota Madiun.
Penulis masih ingat, ada dua wartawan yang saya tugaskan untuk meliput berita seputar bursa pemilihan ketua DPRD Kota Madiun, saat itu. Satu wartawan saya tugaskan untuk mengumpulkan informasi di internal partai, masing masing bakal calon. Dan satu wartawan lagi, bertugas mengumpulkan informasi kompilasi antarpartai dan hubungannya dengan Persaudaraan SH Terate. Kedua wartawan tersebut, bukan warga SH Terate. Penulis saat itu sengaja mengaitkan pemilihan DPRD Kota Madiun dengan SH Terate, karena salah satu kandidat ketua DPRD Kota Madiun adalah Ketua Umum Persaudaraan SH Terate. Penulis juga sengaja menugaskan wartawan yang bukan warga SH Terate, agar hasil liputannya cukup objektif. Hasilnya, dari 25 anggota DPRD Kota Madiun, hanya 15 persen yang tercatat sebagai warga SH Terate, sedangkan 85 persen bukan warga SH Terate. Lain kata, jika 15 persen warga SH Terate itu bergabung ke dalam satu suara, proyeksi dan prediksi kemenangan Tarmadji Boedi Harsono dalam bursa pemilihan ketua dewan Kota Pecel itu, masih jauh dari yang diharapkan.
Itu olah hitung prediksi kemenangan Mas Madji jika dilihat dari sisi eksternal kepartaian. Sementara, jika diotak-atik dari internal partai, posisi beliau juga cukup rawan. Pasalnya, dalam bursa pemilihan ketua DPRD Kota Madiun periode tersebut, dari partai yang mengusung Mas Madji, ada dua kandidat bakal calon ketua dewan yang diajukan. Artinya, kemungkinan suara dari partai pengusung pun rawan terbagi.
Tapi, fakta berbicara, dari 25 anggota DPRD Kota Madiun, periode itu, 80 persen memilih Tarmadji Boedi Harsono, sebagai ketua DPRD. Data ini menjadi dasar cukup kuat, bahwa ungkapan Mas Madji di atas itu benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Satu lagi, wartawan yang saya tugaskan untuk mengumpulkan informasi di eksternal kepartaian, terutama di kalangan Keluarga Besar Persaudaraan SH Terate Pusat Madiun, melaporkan, sepanjang bursa pencalonan ketua DPRD Kota Madiun berlangsung, Tarmadji Boedi Harsono, tidak pernah sekalipun mengumpulkan warga atau anggota SH Terate untuk membantu mendukung pemenangan beliau menjadi ketua DPRD.
Dalam rapat Redaksi yang saya gelar rutin tiap sore, kedua wartawan yang saya tugaskan meliput acara bursa pemilihan ketua DPRD Kota Madiun, saat itu, memang sempat merasa aneh. Alasan mereka, kenapa Tarmadji Boedi Harsono tidak melibatkan warga SH Terate untuk ikut membantu memenangkan beliau? Padahal beliau merupakan Ketua Umum Persaudaraan SH Terate? Penulis saat itu hanya tersenyum dan tidak memberikan jawaban apa pun. Tapi dalam batin, penulis bicara, itulah salah satu kearifan Mas Madji. Beliau mampu menempatkan kepentingan pribadi secara proporsional dan tidak mencampuradukkan kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi.
Pada bagian lain, Mas Madji mengatakan, “Saya tidak pernah membawa atribut politik saya ke dalam Padepokan. Tidak pernah, saya ngomong aja gak pernah. Saya beri contoh pada sudara-saudara, itu kegiatan pribadi-pribadi. Kalau baik akan diikuti kalau jelek akan dicemooh. Dan itu risikonya. Kerena itu, yang terbaik sekarang ini, mari saatnya SH Terate ini kembali pada jati diri,” ujarnya.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu, (yaitu) orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama dan mengusirmu dari kampung halamanmu, serta membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”( QS al-Mumtahanah ayat 8-9).
Wasiat tersebut disampaikan Kang Mas KRH.H.Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, pada acara refresing Warga Tingkat II, tepatnya di akhir kehidupan beliau, tahun 2015. Perlu diperjelas, Mas Madji pernah menjabat sebagai ketua DPRD Kota Madiun, periode 2004 – 2009. Penulis menjadi saksi hidup perjalanan beliau saat dipilih menjadi ketua dewan setempat.
Ungkapan Mas Madji, “Saya tidak pernah minta tolong pada Kadang SH Terate untuk menjadikan saya sebagai ketua DPRD,” sebagaimana lead berita di atas benar adanya. Saat itu, penulis masih bekerja aktif sebagai Koordinator Liputan Jawa Pos, Radar Madiun. Tugas penulis, salah satunya adalah mengkoordinir wartawan peliput berita. Termasuk menugaskan dan mengkoordinir wartawan peliput berita di Sekretariat DPRD Kota Madiun.
Penulis masih ingat, ada dua wartawan yang saya tugaskan untuk meliput berita seputar bursa pemilihan ketua DPRD Kota Madiun, saat itu. Satu wartawan saya tugaskan untuk mengumpulkan informasi di internal partai, masing masing bakal calon. Dan satu wartawan lagi, bertugas mengumpulkan informasi kompilasi antarpartai dan hubungannya dengan Persaudaraan SH Terate. Kedua wartawan tersebut, bukan warga SH Terate. Penulis saat itu sengaja mengaitkan pemilihan DPRD Kota Madiun dengan SH Terate, karena salah satu kandidat ketua DPRD Kota Madiun adalah Ketua Umum Persaudaraan SH Terate. Penulis juga sengaja menugaskan wartawan yang bukan warga SH Terate, agar hasil liputannya cukup objektif. Hasilnya, dari 25 anggota DPRD Kota Madiun, hanya 15 persen yang tercatat sebagai warga SH Terate, sedangkan 85 persen bukan warga SH Terate. Lain kata, jika 15 persen warga SH Terate itu bergabung ke dalam satu suara, proyeksi dan prediksi kemenangan Tarmadji Boedi Harsono dalam bursa pemilihan ketua dewan Kota Pecel itu, masih jauh dari yang diharapkan.
Itu olah hitung prediksi kemenangan Mas Madji jika dilihat dari sisi eksternal kepartaian. Sementara, jika diotak-atik dari internal partai, posisi beliau juga cukup rawan. Pasalnya, dalam bursa pemilihan ketua DPRD Kota Madiun periode tersebut, dari partai yang mengusung Mas Madji, ada dua kandidat bakal calon ketua dewan yang diajukan. Artinya, kemungkinan suara dari partai pengusung pun rawan terbagi.
Tapi, fakta berbicara, dari 25 anggota DPRD Kota Madiun, periode itu, 80 persen memilih Tarmadji Boedi Harsono, sebagai ketua DPRD. Data ini menjadi dasar cukup kuat, bahwa ungkapan Mas Madji di atas itu benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Satu lagi, wartawan yang saya tugaskan untuk mengumpulkan informasi di eksternal kepartaian, terutama di kalangan Keluarga Besar Persaudaraan SH Terate Pusat Madiun, melaporkan, sepanjang bursa pencalonan ketua DPRD Kota Madiun berlangsung, Tarmadji Boedi Harsono, tidak pernah sekalipun mengumpulkan warga atau anggota SH Terate untuk membantu mendukung pemenangan beliau menjadi ketua DPRD.
Dalam rapat Redaksi yang saya gelar rutin tiap sore, kedua wartawan yang saya tugaskan meliput acara bursa pemilihan ketua DPRD Kota Madiun, saat itu, memang sempat merasa aneh. Alasan mereka, kenapa Tarmadji Boedi Harsono tidak melibatkan warga SH Terate untuk ikut membantu memenangkan beliau? Padahal beliau merupakan Ketua Umum Persaudaraan SH Terate? Penulis saat itu hanya tersenyum dan tidak memberikan jawaban apa pun. Tapi dalam batin, penulis bicara, itulah salah satu kearifan Mas Madji. Beliau mampu menempatkan kepentingan pribadi secara proporsional dan tidak mencampuradukkan kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi.
Pada bagian lain, Mas Madji mengatakan, “Saya tidak pernah membawa atribut politik saya ke dalam Padepokan. Tidak pernah, saya ngomong aja gak pernah. Saya beri contoh pada sudara-saudara, itu kegiatan pribadi-pribadi. Kalau baik akan diikuti kalau jelek akan dicemooh. Dan itu risikonya. Kerena itu, yang terbaik sekarang ini, mari saatnya SH Terate ini kembali pada jati diri,” ujarnya.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu, (yaitu) orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama dan mengusirmu dari kampung halamanmu, serta membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”( QS al-Mumtahanah ayat 8-9).
Komentar
Posting Komentar