Petuah Ketua Umum SH Terate (1)

Petuah Ketua Umum SH Terate H. Tarmadji Boedi Harsono, SE.
(Bagian 1 dari 7 tulisan).

Petuah ini adalah hasil wawancara saya Andi Cs Kisbandiyo alias Andi Casiyem Sudin dengan Ketua Umum SH Terate, H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E

SH Terate Adalah Kumpulan Orang Ngerti Agama

Pada hakikatnya wong Setia Hati (SH) Terate adalah kumpulan orang yang ngerti agama. Legowo menerima perbedaan esensiil, perbedaan azazi. Mestinya gelut (berselisih paham, berseberangan aliran) itu tidak terjadi. Tapi fakta berbicara, di tengah kadang SH Terate itu terjadi. Itu fenomena.

Karena itu, wajar kita menghentikan pertikaian intrn kadang. Tidak ada kamus lagi berkelahi. Saya bersama Pak Polisi, siapa pun yang berkelahi tanpa alas an. Biarkan Pak Polisi nangkep dan jangan bawa nama SH Terate. SH Terate tidak berpolitik tapi fenomena akhir-akhir ini SH Terate kebawa ke politik. Ormas bukan politik bukan. SH Terate ini paseduluran yang luhur berangkat dari hati yang jernih mempunyai lambang bunga terate.

Sudah kita ketahui semua bunga terate itu indah. tidak kotor karena lumpur dan tidak basah karena air. Tapi muncul sabagai sosok kepribadian. Pak Yitno nulis pelantikan pengurusan pusat dua cabang persaudaraan tidak ada.Organisasi kita ini apa ? Organisasi kita ini paseduluran jenenge opo (namanya apa), jenenge, Setia Hati Terate. Jadi bukan jenenge persaudaraan itu jadi jeneng. Maka SH Terate ini saya orang SHT, saya setia hati saya orang terate. Saya orang terate saya orang yang bertanggung jawab pada SH Terate.

SH Terate bukan seperti sekolahan. SH Terate itu indah, alami. Kita bergerak alami. Saya berterima kasih sekali pada saudara kita ora ngitung duwit, berapa biaya dari Irian sampai ke sini (Madiun). Saya tanya mas Taufik (Dirjen Koperasi, Dr. Taufik, red) paling tidak sepuluh juta. Itu harta dewe (sendiri). Dari Sumatera sama, Paling cedak (dekat) wong Mediun ora ngetokke duwit opo-opo (tidak mengeluarkan uang banyak untuk transport).

Dan kegiatan kita sepakat untuk guyup rukun sesuai ajaran SH Terate. Orang banyak yang mau minta bantuan. Tapi kita jangan sampai minta bantuan ke sana ke mari. Kita harus bias berdiri, berjalan dan tegak bertahan dengan kekuatan kita sendiri.

Padepokan ini berdiri atas bantuan siapa? Saya jawab tidak pernah minta bantuan. Ini lantaran mampu untuk berdiri sendiri hati. Saudara saya dari cabang dengan rela mendidik masyarakat-masyarakatnya dari mana sisa-sisa yang saudara berikan ada yang pernah dan ada yang tidak ada yang setengah tidak yang itu haknya pusat.

Anggaran yang digunakan dari kadang SH Terate. Kita himpun bersama-sama. Akeh ( JIka uangnya sudah terkumpul banyak, red) oke mari kita bangun padepokan. Kurang yo sedikit-dikit kita pikul bareng. Prinsip semua itu untuk dulur-dulur SH Terate.

Dan di sini yang ada adalah kita ketemu sedulur. Bukan sedang bermain politik. Saya tidak melarang saudara berpolitik. Itu hak pribadi saudara-saudara saya. Hak setiap warga Negara. Mau ikut partai mana pun silakan. Gak ada masalah. Tapi begitu masuk Padepokan, kita harus berbaju sama. Baju politik masing-masing dilepas, dan bersama-sama berbaju SH Terate.

Saya wong SH Terate, orang SH Terate jangan mengolok-ngolok saudara lain. Kita diajari ojo sak karepe dewe. JIka terjadi perbedaan pendapat, salah paham, itu fenomena berorganisasi. Ini harus kita sadari bersama. Jangan menjelekkan saudara sendiri. Kita ini paguyupan paseduluran. Anggota kita banyak. Kita juga dikaruniai kelebihan kelebihan. Tapi saya tekankan, kita bukan yang terhebat. Jangan merasa paling hebat merasa pinter. Di atas langit masih ada langit.

SH terate sudah hidup 87 tahun. Tahun 1922-2009 kita masih bagian-bagian saya ingat kita tinggal menjadi organisasi yang disegani dan yang dtakuti, sekarang ibaratnya bangun kembali kita harus menjadi organisasi yang disenangi masyarakat dan diharapkan masyarakat jadi pegangan masyarakast. Akhirnya kita jadi organisasi yang disegani,tapi ditakuti mergo iso gelut.

Kewajiban kita ini bersaama-sama pengurus pusat menjaga citra organisasi. Pengurus pusat sendiri, saya tekankan, jangan merem. Pengurus pusat, cabang jangan merasa rendah. Kita di SHT adalah sama. Karya kita diatur oleh aturan bahwa yang menjadi pengurus pusat domisili di kota Madiun. Saya mengharap dengan sangat dari manapun kita, langkah SHT harus menjunjung tinggi budi luhur. Menjunjung tinggi Pancasila demi Indonesia jaya.

Kita berdarma di SH Terate tanpa pamrih. Maka SHT harus kita jaga. Jangan sampai kita punya pamrih jadi ketua agar jadi DPR RI.

Kalau saya jadi ketua DPRD bukan karena dulu berdarma di SH Terate karena pamrih ingin jadi Katua DPRD. Tapi, barangkali karena ketua umum SH Terate di pandang masyarakat baik, ya saya dipilih jadi ketua. Tapi saya tidak pernah minta tolong pada kadang SH Terate untuk menjadikan saya sebagai ketua DPRD.

Saya tidak pernah membawa atribut politik saya ke dalam padepokan. Tidak pernah, saya ngomong aja gak pernah. Saya beri contoh pada sudara-saudara, itu kegiatan pribadi-pribadi. Kalau baik akan diikuti kalou jelek akan dicemooh. Dan itu resikonya. Kerena itu, yang terbaik sekarang ini, mari saatnya SH Terate ini kembali pada jati diri.

Saya berbahagia dan senang sekali saudara-saudara saya seluruhnya hadir, yang tidak hadir tidak ada karena keterbatasan mungkin dana, mungkin waktu yang penting, yo abot sanggane.

Saya jatuh sakit itu tahun 98, pandangan mata saya kabur. Sampai-sampai tembok saya tabrak, karena tak anggep dalan. Tahun 2007 akhir saya jatuh sakit lagi. Saya slento (saraf motorik tidak bekerja optimal, red) wong ngalor pundake neng kidul (inginnya berjalan ke utara tapi bahu bergerak ke selatan,red). Saya harus sembuh. Bangun kau Tarmadji (ketua umum bicara pada diri sendiri). Kalau ketua umum meninggal itu gantinya siapa? Kumpul doyo prakoso. Kumpulo! Allhamdulilah, saya kembali sehat.

Tahun 2009, saya dicalonkan jadi Walikota Madiun. (kesaksian penyunting, saat itu sejumlah petinggi parpol dan LSM di Kota Madiun banyak yang hadir di kediaman H. Tarmadji Boedi Harsono,SE. Mereka meminta Mas Madji maju dalam pemilihan Walikota Madiun. Pada tahun 2008 Mas Madji juga diminta menjadi calon Bupati Madiun oleh PDIP DPC Kabupaten Madiun, meski Mas Madji sendiri sebenarnya pengurus teras Partai Golkar Kota Madiun. Tapi, Mas Madji juga meolak dengan halus).Tapi saya sudah tidak mau. Saya tahu apa yang bakal terjadi jika saya jadi bupati atau waikota dan saya gak apa-apa. Alhamdulillah kersane Gusti Allah, saya ditangeke maneh (sembuh) sampai sekarang ini.

Saya tidak mau sakit yang ketiga kalinya. Karena tidak mau yang ke -3 kalinya, saya mulai masuk kapanditan. Masuk kapanditan itu tidak menjadi pandito. Mulai masuk sekarang tarifnya pandito itu lain. Jadi promo kehidupan dari awal sampai jadi orang SHT ini ibaratnya almarhum pendidik saya tadi wancine ndang cepet terno.

Tapi kita sadar manusia itu puya keterbatasan ora enek wong ora ngapusi mesti ngapusi. Istilahnya dara sembada. Ngono yo ngono neng ojo ngono. Maka di dalam didikan Islam setiap detik kita harus istiqfar. Astaqfirullah haladhim. Kita mohon ampunan kepada Allah SWT. Setiap saat kita tidak tahu kapan kita akan meninggal dunia ini. Karena disadari oleh kita semua. Maka kita membangun SH Terate dengan kerukunan, kebersamaan. Kita tahu kekekurangan diri kita sendiri. Kita tahu setiap orang punya kekurangan, punya kelemahan. Tapi orang SH Terate tabu untuk ngrasani tanggane. (bersambung)

(Disunting dari petuah langsung Ketua Umum SH Terate, H. Tarmadji Boedi Harsono,SE, dalam acara Temu Kadang di Padepokan SH Terate awal Tahun 2009)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa dan Wasiat untuk Warga Baru SH Terate

Sekadar Syarat Bentuk Lahir

Menelaah Mukadimah SH Terate