Baca Surat Yasin Setroke Sembuh

Saya jatuh sakit itu tahun sembilan puluh delapan, pandangan mata saya kabur. Sampai-sampai tembok saya tabrak, karena tak anggep dalan (saya anggap jalan). Tahun dua ribu tujuh akhir saya jatuh sakit lagi. Saya slento (saraf motorik tidak bekerja optimal, pen) wong ngalor pundake neng kidul (inginnya berjalan ke utara tapi bahu bergerak ke selatan,pen). Saya harus sembuh. Bangun kau Tarmadji (Ketua Umum bicara pada diri sendiri). Kalau ketua umum meninggal itu gantinya siapa? Kumpul daya prakasa. Kumpulo! Allhamdulilah, saya kembali sehat.

Saya tidak mau sakit yang ketiga kalinya. Karena tidak mau yang ketiga kalinya, saya mulai masuk kapanditan. Masuk kapanditan itu tidak menjadi(tidak serta merta jadi) pandita. Mulai masuk. (Sebab) sekarang tarifnya pandita itu lain (syarat jadi pandita, sudah berubah sesuai dengan tantangan yang harus dihadapi). Jadi pomo(jika) kehidupan dari awal sampai jadi orang SHT ini ibaratnya almarhum (Mas Imam) mendidik saya,(Mas Madji diam beberapa saat, kemudian seperti tersadarkan, beliau bicara lagi) wancine ndang cepet terna! (Saat mengucapkan kata kata tersebut, sikap Mas Madji seperti tidak bicara dengan ratusan Pengurus Cabang yang hadir di Padepokan SH Terate saat itu. Penulis sempat mencurigai, saat itu beliau sedang bicara dengan sesuatu di luar jangkauan penglihatan mata awam. Dan kalimat, wancine ndang cepet terno! yang artinya “sudah waktunya, cepat antarkan!” tersebut, jelas jelas keluar dari konteks kalimat sebelumnya. Siapa sebenarnya yang diajak bicara Mas Madji saat itu?"

Tapi kita sadar manusia itu punya keterbatasan ora enek wong ora luput, ora duwe dosa (tidak ada manusia yang tidak bersalah, tidak punya dosa). (Acapkali) ngapusi ,istilahnya dora sembada (berbohong demi kebaikan). Ngono yo ngono ning ojo ngono. Maka di dalam didikan Islam setiap detik kita harus istiqfar. Astaqfirullah hal adhim. Kita mohon ampunan kepada Allah SWT setiap saat. Kita tidak tahu kapan kita akan meninggalkan dunia ini. Karena disadari oleh kita semua. Maka, (mari) kita membangun SH Terate dengan kerukunan, kebersamaan. Kita tahu kekekurangan diri kita sendiri. Kita tahu setiap orang punya kekurangan, punya kelemahan. Tapi orang SH Terate tabu untuk ngrasani tanggane (membicarakan kejelekan orang lain).

Tulisan di atas merupakan cuplikan wejangan Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedi Horsono Adinagoro,SE, kepada ratusan Penguru Cabang Persaudaraan SH Terate seluruh Indonesia, di Padepokan SH Terate Madiun, di tahun terakhir kehidupannya. Wejangan tersebut boleh dibilang wejangan terpanjang yang disampaikan beliau. Tidak seperti biasanya, beliau bicara hampir empat jam lebih, tanpa merasa letih.

Bagi orang lain, barangkali acara Temu Kadang saat itu tidak ada bedanya dengan acara serupa tahun sebelumnya. Karena saban tahun pasti digelar Pengurus Pusat, sebagai media refresing keilmuan menyongsong kehadiran bulan Suro. Tapi bagi penulis, Temu Kadang kali ini, bermuatan misteri. Penulis yakin, itu bukan sekedar acara refresing. Tapi sekali lagi, kali ini beliau menggelar acara itu sebagai isyarah, bahwa beliau akan berpulang. Dan, wejangan tersebut, apakah juga akan menjadi wejangan terakhir beliau?

Pertanyaan itu menyelinap di batin. Sinyalnya kian menguat, pasalnya, beberapa hari sebelum digelar acara, Mas Madji bercerita tentang apa yang Mas Imam Koesoepangat lakukan di tahun tahun terakhir kehidupannya.

”Mas Imam nglumpukake dulur dulur sing adoh untuk pamitan (Mas Imam mengumpulkan saudara saudara yang jauh untuk pamitan), “ ujar Mas Madji, beberapa hari sebelum gelaran acara Temu Kadang di Pedepokan SH Terate.”Suk aku arep nglumpukake dulur-dulurku.”

“Ning mas Madji mboten bade pamitan to? Ayahan Mas Madji nata derek-derek taksih katah, (Tapi Mas Madji tidak pamitan to? Tugas dan tanggung jawab Mas Maji untuk melakukan regenerasi juga belum terselesaikan,” kata penulis memberanikan diri.

Mas Madji terdiam. Kemudian mengatakan bahwa beliau paham banget soal keberadaannya sebagai central figur SH Terate. Tapi betapa pun beliau sendiri juga harus menjalani kodrat iramanya.”Aku ngerti, nDik. Ning nek wis pepesten arep nyapa? (Saya mengerti, tapi jika sudah menjadi kepastian, mau apa lagi?” jawab Mas Madji.

Batin saya bergetar. Saya jadi ingat, Mas Madji juga pernah mengatakan hal serupa saat beliau menderita stroke akhir tahun 2007. Tapi saat itu beliau tidak menyinggung tentang pepesten (takdir). Kali ini, kenapa Mas Madji mulai menyinggung soal pepesten?

Jika sakit, biasanya beliau minta dirawat di Rumah Sakit Islam Madiun. Tapi saat stroke pihak keluarga merawatnya di RSU Madiun. Tidak banyak orang yang diberi tahu. Alasan lebih santunnya, biar beliau bisa istirahat total. Sebuah alasan yang tepat. Sebab jika berita sakitnya beliau menyebar, dipastikan banyak yang ingin bezuk. Dan rumah sakit, sungguh, bakal berubah seperti pasar.

Banyak yang memprediksi beliau sulit untuk pulih seperti sedia kala. Wajar, karena stroke merupakan jenis penyakit dengan tingkat kesembuhan terbilang sulit. WHO mencatat, stroke bahkan ditengarai menjadi penyebab angka kematian tertinggi di dunia sepanjang tahun 2011-2012. Hasil penelusuran sejumlah reverensi kesehatan, Stroke adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kondisi ini menyebabkan area tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel otak. Stroke merupakan keadaan darurat medis, karena tanpa suplai oksigen dan nutrisi, sel-sel pada tubuh yang dikendalikan oleh area otak tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik Ada tiga faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke, yaitu faktor kesehatan, gaya hidup, dan faktor lainnya. Selain stroke, berbagai faktor tersebut juga berisiko meningkatkan risiko serangan jantung.
 

Adapun yang termasuk dalam faktor risiko kesehatan, di antaranya: hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, obesitas, penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung atau aritmia, sleep apna, pernah mengalami serangan jantung sebelumnya. Stroke bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok, kurang olah raga atau aktivitas fisik, mengomsumsi obat-obatan terlarang dan kecanduan alkohol. 
 
Hampir setiap hari penulis bezuk. Terutama jika pagi hari, sebelum masuk kerja. Penulis saat itu masih bekerja sebagai Redaktur Pelaksana dan Koordinator Liputan di Jawa Pos Radar Madiun, dan mulai masuk kerja selepas pukul 14.00 WIB. Mas Madji meminta, kalau bisa penulis bezuk sambil membawa koran, sekalipun untuk sementara waktu beliau diminta istirahat total dan jangan banyak berfikir. Delik delikan, kata beliau, saban hari penulis bawa koran dan membacakannya. Terutama jika Ibu (Hj. Ruwiatun, istri Mas Madji) tidak ada di tempat (kami mohon maaf untuk yang ini, Ibu-acs).

Pagi itu, saya bezuk lagi. Beliau pun minta dibacakan berita lagi. Saya mengeluarkan koran dari dalam tas kamera dan membacanya perlahan-lahan dengan suara yang hanya bisa didengar kami. Saat saya sedang membacakan koran, Mas Madji tiba tiba menghentikannya. “Sik, nDik, aku dadi kelingan Mas Imam,” katanya. “Mas Imam nglumpukake dulur dulur sing adoh untuk pamitan, sedurunge seda. Aku durung nglumpukake dulur-dulurku to?”

“Ampun ngendikan ngaten, Mas.” Saya memberanikan diri bicara seperti itu agar beliau tidak melanjutkan kata-katanya. Jujur saat itu saya khawatir banget.Saya katakan, Mas Madji jangan “pamitan” dulu karena tenaga dan fikirannya masih sangat dibutuhkan di SH Terate. Terutama menata regenerasi. Menuya, sekalipun sudah lama beliau berusaha melakukan kaderisasi, tapi para kader (cantrik) yang diformat melanjutkan tongkat estaveta belum siap lepas landas. “Aku ngerti, nDik. Rasah kuwatir, gak suwe neh aku sehat,” kata Mas Madji.”Leres, Mas?” kata Saya.”Bengi aku ngimpi, ditekani wong, jarene aku arep ndang waras, (Tadi malam saya bermimpi didatangi orang, katanya saya akan segera sembuh,” katanya. Orang tersebut, lanjut beliau, adalah warga yang sudah lama dikenal. Dia datang untuk bezuk dan membacakan Surat Yasin. Kekhawatiran penulis, seketika berubah jadi kebahagiaan. Beliau “Guru Besar” SH Terate. Tidak akan mungkin beliau bicara ceplas ceplos. Apalagi dalam kondisi riskan. Mimpi beliau, saya yakin benar. Dalam kesempatan terpisah, dan ini dikatakan setelah sembuh, sebenarnya sakit beliau itu bukan disebabkan faktor apapun, tapi karena beliau sendiri yang meminta. “Aku lara merga kemlinthi (Saya sakit karena sombong), nDik. Di batin waktu itu saya pernah mengatakan ingin merasakan penderitaan Nabi Muhammad saat memimpin umat dijegali dulur-dulure (saudara sendiri),” katanya.

Terdapat tiga katagori orang sakit. Mas Madji menjelaskan, pertama, orang yang sakit karena faktor medis. Kedua, sakit karena sihir atau diguna-guna orang
lain. Ketiga, sakit ngundhuh wohing pakarti (buah dari perbuatan). Orang yang sakit karena faktor medis, obatnya adalah obat-obat produk dunia medis atau jamu tradisional. Orang yang sakit karena sihir, obatnya harus dengan menghilangkan unsur sihir yang ditanamkan ke dalam tubuh penderita. Sedangkan orang yang sakit karena ngundhuh wohing pakarti, obatnya tidak ada lain kecuali bertobat, sabar dan berserah diri pada Allah.Sebab, sesungguhnya hanya Allah juru penyembuh penyakit yang ada di muka bumi ini. (Apabila kamu sakit, Dialah yang menyembuhkan. QS :Asy -Syu'ara' Ayat 8) atau ("Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." QS: Yunus ayat 57-acs. )

Penulis yakin, Allah menc-acsintai beliau dan tengah menghapus dosa-dosa beliau dengan sakitnya itu. Keyakinan ini muncul setelah penulis membaca beberapa referensi data reijius seputar orang yang ditimpa suatu penyakit. “Tidaklah menimpa g Muslim suatu keletihan, penyakit, kecemasan kesedihan, kesulitan, kesedihan, kesakitan dan kepedihan, bahkan hingga duri yang menusuknya, melainkan dengan semua itu Allah akan menghapuskan segala kesalahannya." (HR. Al Bukhari)

"Tidaklah menimpa seorang Muslim suatu penyakit, keletihan, kepedihan, kesedihan, hingga kecemasan yang dirasakannya, melainkan dengan semua itu Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya." (HR Muslim)

"Tidaklah menimpa seorang Muslim suatu bencana berupa penyakit dan yang lainnya melainkan dengan itu Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya." (HR Al. Bukhari)

"Seungguhnya Allah Ta'ala akan menguji hamba-Nya dengan penyakit hingga penyakitnya itu akan menghapus segala dosa darinya." (HR. Al Hakim)

"Ya Allah, wahai Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakitnya, sembuhkanlah ia. (Hanya) Engkaulah yang dapat menyembuhkannya, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak kambuh lagi." (HR. Bukhari)

Mas Madji jarang mengeluh. Belum pernah beliau mengeluhkan bagian mana dari tubuhnya yang terasa sakit. Setiap penulis membezuk, beliau justru lebih sering mengajak diskusi soal perkembangan yang terjadi di luar, dari pada bicara soal penyakitnya. Perihal mimpi, beliau mengatakan, mimpi itu isyarat bagi orang yang meyakininya. Rukun mimpi yang diyakini sebagai isyarat dan bakal terjadi, antara lain, suci lahir batin sebelum tidur, tidak pernah terfikirkan sebelumnya (datan sinedya), waktu dua pertiga malam (puspa tajem).

Diakui oleh beberapa cantrik dan sesepuh SH Terate, saat Mas Madji sakit dan setelah kesembuhannya, justru aura batiniyahnya cemerlang. Ini bisa ditengarai dari beberapa kasus yang terjadi setelahnya. Beliau sepertinya sudah tahu kejadian sebelum peristiwa berlangsung (weruh sadurunge winarah). Hanya saja, beliau berusaha menyembunyikannya agar tidak diketaui orang lain.

Contoh kasus, (penulis menjadi saksi hidup fakta ini), saat sejumlah warga melakukan ritual di kediaman Mas Madji. Tujuannya, demi mempercepat kesembuhannya. Mohon maaf, pelaku ritual dan bentuknya tidak kami jelaskan untuk menghindari fitnah. Semula penulis tidak tahu persis, terjadinya kasus ini. Waktu itu hanya diminta memeriksa halaman dan beberapa sudut rumah beliau. Hasilnya saya laporkan, ada timbunan tanah baru di bagian sudut depan halaman rumah. Mas Madji sempat marah, mendengar laporan saya dan memerintahkan saya kembali ke rumah menyuruh almarhum Mas Diro (karyawan Mas Madji) untuk membongkar timbunan tanah itu dan membuangnya ke kali. Heran, padahal prosesi ritual tersebut sangat dirahasiakan, agar Mas Madji tidak tahu.”Ngomahku kae ana pendeman apa, nDik. Tolong, kokonen Diro nduduk, kon buang kali, (Apa yang dikubur di rumah saya. Tolong suruh Diro menggali dan membuangnya ke kali, ” kata kata tersebut diucapkan beliau dengan nada tinggi.

Pagi berikutnya, ketika saya besuk dan membawa koran, Mas Madji sudah bisa berjalan-jalan. Saya sempat heran. Secepat itu? ”Aku wis sehat tenan,to? (Saya sudah sembuh beneran to?)” kata beliau. Itu berarti orang yang dibilang akan datang membacakan Surat Yasin, sudah datang. Tapi kapan kedatangannya, kok saya tidak tahu?

Penulis sebenarnya ingin melihat sendiri siapa orang yang datang dalam mimpi Mas Maji dan benar benar datang di alam nyata. Pun ingin menyaksikan dengan mata kepala, apa yang dilakukan. “Wingi Amin teko, macaake Yasin kanggo aku, (Kemarin Amin datang, membacakan Surat Yasin untuk saya, ” lagi-lagi beliau bicara seperti membaca pertanyaan dalam hati saya. Maksudnya, kemarin ketika saya kembali disuruh pulang ke rumah beliau, orang itu datang membesuk beliau. Ternyata, orang yang akan datang membacakan Surat Yasin bagi kesembuhannya adalah (alm) Mas Aminudin. Dia dulunya sempat jadi cantrik Mas Madji, tinggal di Padepokan SH Terate dan dipekerjakan mengelola Wartel di Pasar Sleko. Mas Amin juga dikenal sebagai pelatih pencak silat laga.

Menurut Mas Madji, begitu Surat Yasin selesai dibacakan, serta merta urat syarat tubuhnya bergetar seperti ada aliran listrik. Kondisi itu berlangsung beberapa detik. Setelahnya, beliau merasakan nyaman, segar dan bisa bangun dari tempat tidur.Allahu Akbar. “Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin.”(QS Fussilat 44). Subhanallah. Ini haq, berita dari langit. Keyakinan penulis bahwa Al Quran merupakan penyembuh, insya Allah tak lagi tergoyahkan. Sebab, penulis juga pernah membuktikannya. Penyakit kangker di punggung penulis sembuh tanpa operasi setelah membaca Surat Al Fatihah. Padahal, sudah puluhan tahun penyakit itu saya derita. Dokter beberapa kali menyarankan untuk operasi. Bahkan, penulis sudah pernah meminta surat rujukan dokter untuk operasi. Tapi penulis batalkan. Kangker tersebut menempel di tulang belakang. Penulis khawatir, syaraf tulang belakang ikut terdampak pasca operasi dan berakibat lebih fatal.

Ringkas cerita, atas saran Mas Madji, penulis menjalani laku ikhtiyar penyembuhan. Tiap hari penulis membaca surat Al Fatihah, tanpa hitungan. Pokok begitu bangun tidur, langsung baca Al Fatihah. “Kuncine rasa pangrasamu,nDik,” ujar Mas Madji saat menyarankan penulis ikhtiyar. Maksudnya, berdoalah dengan khusuk. Alhamdulillah, Allah menyembuhkan kangker yang diderita penulis di hari yang ke enam, setelah Al Fatihah penulis jadikan sebagai dzikir harian. Kangker sebesar kepalan tangan yang menempel di punggung mengempis, dan hilang. Bahkan, tanpa ada rasa sakit! Padahal sebelumnya disentuh sedikit saja perih banget. Rasanya menjalar ke kepala, pusing pusing.Allahu Akbar!(acs)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa dan Wasiat untuk Warga Baru SH Terate

Sekadar Syarat Bentuk Lahir

Menelaah Mukadimah SH Terate