SH Terate Harus Bentuk Tiga Pilar

(Wawancara Khusus Dengan Mas Madji Bagian 6 dari 7 Tulisan)

Di SH Terate, setelah saya sadar, harus dibentuk tiga kelompok pilar pendidik. Satu kelompok dewan, itu yang mengurusi misi organisasi. Jadi yen wani dadi dewan (kalau berani jadi dewan) kudu wani ndadekake wong ( harus sanggup menjadikan orang) SH Terate, yang tidak ngerti menjadi ngerti. Jangan dicampur aduk tidak karuan. Tapi aturan mainya harus jelas.

Pilar ini dipandegani kadang yang memang sudah matang keilmuannya. Bukan hanya tua usianya. Akeh wong wis tuwek, ning bukan sepuh tapi sepah. (Banyak orang yang sudah tua tapi mereka bukan orang sepuh _____seorang yang sudah matang keilmuannya____berilmu tapi sepah, tidak menguasai keilmuan).

(Terkait dengan konsepnya ini, Kang Mas KRH.H. Tarmadji Boedi Harsono Adinagoro,SE, pernah membentuk semacam Dewan Kasepuhan yang diberi nama Nawa Pandhita. Lembaga ini beranggotakan sembilan orang warga, semuanya Tingkat II dan Tingkat III, yang dinilai sudah matang keilmuannya. Tugas utama lembaga ini adalah mengkonsep ajaran kerokhanian, yang menurut istilah Mas Madji, kudu wani ndadekake wong SH Terate, untuk dijadikan referensi pelajaran ke-SH-an. Namun dalam perkembangannya, lembaga ini tidak bisa berfungsi dengan optimal. Bahkan, ada salah seorang warga senior yang namanya tercantum di lembaga ini tida ridlo dan meminta Mas Madji untuk menggantikannya. Kepada penulis, warga senior ini blak-blakan tidak ingin namanya masuk dalam bagian lembaga ini. Mohon maaf, untuk nama dan alasannya, tidak bijaksana jika diungkap di sini).

Sisi lain, pilar pendidik pencak silat. Iki dibidani wong sing seneng pencak silat (Lembaga ini dibidani warga yang menguasai bidang pencak silat, baik pencak silat ajaran maupun pencak silat prestasi). Umur paling pol 25 – 30. Sing tuwek-tuwek ( yang sudah tua) seperti saya, dan yang lain, wis ora kanggo (melihat dan merestui saja).

Pada sektor ini, harus disadari oleh semua pihak, pencak silat di SH Terate itu juga terbagi menjadi beberapa jenis. Ada pencak silat ajaran, yang terdiri dari senam jurus, ada pencak silat bela diri dn pencak silat laga untuk bertanding dan ada pencak silat seni. Gurunya juga harus dibeda-bedakan. Sepesifikasi. Ndak mungkin guru satu merangkap banyak nggak mungkin.

Jadi SH Terate itu tidak terpecah-pecah. Tapi spesialis-spesialis. Ini yang disadari. Kalau saat sekarang nanti, kita menyamakan persepsi. Ditindaklanjuti penataran khusus di bidang teknik. Kita bersama kali ini penataran di bidang rokhani.

Tapi kalau penataran-penataran itu, dijalankan, itu melalui studi dulu. Begitu penataran harus membuahkan hasil yang baik. Platfomnya sama, siap SH Terate Cup. Kalau sekarang SH Terate Cup yang sekadar kumpul saja. Bukan meremehkan. Kalau memamg SH Terate Cup, apa kontribusi pada pesilat. Apa memang hanya kumpul sambung persaudaraan, apa ada agenda yang lain.Jadi segala sesuatu kalau kita mengadakan, harus membawakan hasil.

Jadi kalau ada orang mengatakan, ini SH yang asli, silakan. Itu urusan mereka. Kita tidak ikut campur. Ndak ada yang hebat. Semua sama. Ada promosi, ini yang asli. Kalau saya tertawa. Kalau asli opo iso ngilang (Kalau mereka mengaku SH Terate asli apa bisa menghilang?). Ndak, sama.

Pilar yang ketiga adalah pilar organisasi dan perkembangan. Termasuk di dalamnya yang ngurusi Yayasan. Pilar ini beranggotakan warga yang memang ahli ngurus organisasi. Ngurus Yayasan, buka usaha, golek duwit kanggo nguripi organisasi (mencari pemasukan lewat bidang usaha perekonomian untuk membiayai kebutuhan organisasi). Membiayai atlet dan lain sebagainya.

(Berkaca pada perjalanan SH Terate, ketika Kang Mas Imam Koesoepangat masih hidup, tugas dan kewajiban pokok mengurus organisasi tercinta ini dibagi dua pilar. Pertama pilar idealisme (pencak silat ajaran dan ke-SH-an), diserahkan pada Mas Imam. Pilar kedua, organisai dan pengembangan, diserahkan kepada Mas Madji. Namun setelah Mas Imam wafat, kedua tanggung jawab ini seakan jatuh ke pundak Mas Madji. Itulah kemudian yang mendasari Mas Madji membentuk lembaga kasepuhan SH Terate yang diberi nama Nawa Pandhita).

Tapi kita bangga. SH Terate lahir dari seorang pejuang Perintis Kemerdekaan. Berarti jiwa kita ini jiwa berjuang. Berjuang, kalau sekarang, mengisi kemerdekaan. Mari berlomba, apik-apikan. Apik kamu atau apik saya, di mata masyarakat. Itu jiwa seorang SH Terate.

SH Terate, dulu itu idolanya masyarakat. Tapi kita terjebak, terseret arus sampai lupa, hebat-hebatan, dan tanpa sadar dampaknya justru menjadikan SH Terate rusak. Maka sekarang mari saatnya kita kembali ke jatidiri SH Terate.

Ternyata SH Terate hanya mengemas paseduluran.Bentengnya adalah pencak silat. Alirannya aliran SH. Kalau ini dipahami semua pihak, SH Terate orang yang penuh sopan dan santun. Misalnya, saat kita berpapasan dengan orang yang lebih tua pada waktu pagi hari, kita menyapa dengan santun, Sugeng enjang Mas (Selamat Pagi, Mas). Atau kalau bertemu dengan orang yang lebih muda kita pun tidak segan-segan menyapa lebih dulu, Sugeng enjang Dik (Selamat Pagi, Dik). Sugeng dalu Pak. Jika kita mampu berbuat seperti ini, kita pasti akan dihormati disegani, disenengi.Hormati orang lain jika kita ingin dihormati.

Sebab salah satu ajaran SH Terate adalah menjadikan seseorang dihormati, disegani dan juga ditakuti. Bukan ditakui karena balanya (temannya) banyak. Misal, orang kalau sama saya wedi (takut) karena bala saya banyak. Tapi saya tidak mau diwedeni, saya cukup disenangi dan disegani. Ini sesungguhnya yang kita inginkan. Semua pihak, saya yakin bisa menyadari. Drajat pangkat apa pun yang disandang, itu hanya sementara. Pada saatnya, kenek goro-goro, sing sugih sing mlarat, sing dibacok gak tedas, halah, amblege gunung gak iso apa2.(Pada saatnya, jika Allah menurunkan bencana, yang kaya, miskin, sakti, seketika berubah tak berdaya).

Di SH Terate dididik juga untuk dekat Yang Maha Kuasa. Contone mori, kita disyahkan pakai mori. Mori itu tandanya orang SH Terate pasrah. Siap sewaktu-waktu dipanggil Yang Maha Kuasa. Untuk dikafani.

Berarti, setiap saat kita bertindak, kita harus baik. Eling-eling nek sawayah-wayah dipundut sing kuasa (Ingat bahwa sewaktu-waktu kita dipanggil Yang Maha Kuasa) kita tidak bisa apa-apa. Itu SH Terate.

Orang tingkat dua, mengesahkan berhak semua mengesahkan. Itu dulu. Sekarang kita teliti dulu. Perilakunya orang tingkat dua mestine melebihi orang yang tingkat I. Perilaku sehari-hari, apalagi perilaku dia nantinya jadi panutan. Nek ngesahake, pandang mata kiri saya. Dari sini, orang SH Terate harus menyadari memperbarui, semuanya. Kalau saya mengatakan, pandang saya, teladani saya, ambil yang baik, buang yang jelek.

Kalau semuanya sudah lilih, luluh, watak sifat dengan jiwa SH Terate, jiwa kita jadi tenang dan seneng. Arep opo ae seneng. Misalnya, lihat pertandingan. Juaranya soko ngendi kae, ko Kalimantan Timur. Alhamdulillah, juarane ko Kalimantan Timur. Enek dulure sing ngopeni.

SH Terate tempat kita dididik, sesudah itu kita sebar. Sing seneng mlebu militer, militer, pns-pns, sing seneng dagang seneng dagang. Saya terus terang mimpin SH Terate ini kalau saudara ketahui boleh dikatakan saya ini slalu nomorsatukan SH Terate. Saya buktikan dulu SH Terate. Kalau tidak saya dianggap cerewet ae. Saya memang bergerak, setelah saya dirikan Padepokan. SH Terate saya ajak masuk ke sektor ekonomi. Sektor reliji, agama, manembah kepada Tuhan Yang Mahaesa. Saya masuk ke sektor pendidikan. Saya masuk ke sektor kesehatan. (Mas Madji terdiam, melihat penulis, tersenyum, kemudian melantunkan tembang Sewu Kutho).

Bangunan yang kini dimanfaatkan untuk Hotel Merak tadinya akan saya beruntukkan rumah sakit. Saya rubah jadi hotel. Sektor agama saya bangun mushola. Pendidikan ada. Satu sector kuburan (makam) , tak tawakne ora enek sing wani (saya tawarkan tidak ada yang berani) . Tapi saya menyadari wong urip itu akhirnya ke situ. Saya mulai menyadari, SH Terate lahir di Pilangbango, dibesarkan mulai besar di Paviliun, itu tidak bisa kita minta. Wong SH Terate ora ono sing kuasa ning kabupaten, Akhirnya SH Terate melanglang buana.

Beliau almarhum Mas Imam dimakamkan di Taman. Saya sebagai penerus, melahirkan Padepokan.Saya mempunyai keinginan di Padepokan segalanya ada. Kuburan tak seleh ning kono (Makam akan saya siapkan). Biar pun saya dihalangi, karena itu pemikiran kami, saya akan menyiapkan lahan.

(Mas Madji pernah mengutarakan kepada penulis untuk menyiap makam, khusus bagi warga SH Terate. Lokasinya di tanah milik SH Terate yang berada tepat di depan Padepokan. Tanah tersebut memang sejak dibeli akan diproyeksikan sebagai Pusat Lembaga Pendidikan ¬-___Trining Center___SH Terate. Mas Madji menyebutnya sebagai “Pondok Pesantren Pencak Silat SH Terate. Nah, sebagian lokasi tanah itu, di belakang sendiri, diproyeksikan sebagai makam khusus untuk warga. Ketika gagasan ini dilontarkan, memang banyak warga yang tercatat sebagai pengurus pusat tidak sepakat. Alasannya beragam dan bisa diterima sebagai sebuah kajian dan permenungan).

Jadi karena saya menyadari sirkulasi kehidupan, dari kecil kemudian kita menjadi seorang kesatria, madeg ratu, madeg pinandita, mati. Kuwi mesti. Gelem ora gelem ya ngene iki. Itu ajaran SH Terate. Soal ning donya polah, tapi diaweri-aweri aku wong SH Terate. Jadi tidak akan brutal seenaknya. Saiki gagah ganteng, sepuluh tahun engkas durung karuan. Podho deyek-deyek (pikun, berjalan saja sudah bungkuk).(acs) ________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa dan Wasiat untuk Warga Baru SH Terate

Sekadar Syarat Bentuk Lahir

Menelaah Mukadimah SH Terate